Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Bisa Tembus 5.000 Dollar AS Jika Trump Terus Ganggu The Fed

Kompas.com - 05/09/2025, 10:46 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Harga emas berpotensi melonjak hingga 5.000 dollar AS per troy ounce jika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus menekan independensi bank sentral (Federal Reserve/Fed). Prediksi ini disampaikan Goldman Sachs dalam riset terbarunya.

Saat ini, harga emas dunia berada di level 3.596 dollar AS per troy ounce di bursa Comex, atau naik 36 persen sejak awal tahun. Angka tersebut sudah mendekati rekor tertinggi sepanjang sejarah.

“Jika independensi The Fed terganggu, hal itu bisa memicu inflasi lebih tinggi, turunnya harga obligasi, pelemahan bursa saham, serta mengikis status dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Sebaliknya, emas adalah penyimpan nilai yang tidak bergantung pada kepercayaan institusi,” ujar Samantha Dart, analis Goldman Sachs, dikutip dari Fortune, Jumat (5/9/2025).

Baca juga: Meriahkan Harpelnas, Pegadaian Tebar Diskon hingga Ribuan Voucher Tabungan Emas

Trump dan Tekanan ke The Fed

Gedung Putih disebut berupaya menempatkan orang-orang dekat Trump dalam Federal Open Market Committee (FOMC). Bahkan, Trump dan sekutunya mendorong investigasi pidana terhadap Ketua The Fed Jerome Powell dan Gubernur Lisa Cook.

Trump juga berusaha memecat Cook, serta menyatakan Powell akan diganti dengan sosok yang sejalan dengan agenda politiknya, yakni menurunkan suku bunga lebih cepat.

Menurut Goldman Sachs, kondisi tersebut membuat investor ragu terhadap keamanan pasar obligasi, saham, dan dolar, sehingga berpotensi beralih ke emas.

Skenario Harga Emas

Dalam analisisnya, Dart menyebut skenario risiko ekstrem (“tail risk scenario”) bisa membawa harga emas ke level 4.500 dollar AS per troy ounce.

Namun, pergeseran kecil saja dalam permintaan sudah cukup mendorong harga emas melewati 5.000 dollar AS.

Baca juga: Queens Cheerleading Kibarkan Merah Putih di Singapura, Raih Emas dan Dua Perak

“Kami memperkirakan jika 1 persen dari pasar obligasi pemerintah AS yang dimiliki swasta dialihkan ke emas, maka harga emas bisa naik mendekati 5.000 dollar AS per troy ounce,” tulis Dart.

Karena itu, Goldman Sachs menilai emas masih menjadi rekomendasi investasi paling kuat di sektor komoditas.

Data Tenaga Kerja Lemah, Suku Bunga Diprediksi Turun

Di sisi lain, data ketenagakerjaan AS menunjukkan pelemahan. Laporan JOLTS mencatat jumlah lowongan kerja turun menjadi 7,2 juta, sementara pemutusan hubungan kerja naik ke 1,8 juta.

“Yang lebih mengkhawatirkan adalah kenaikan jumlah PHK,” ujar Francesco Pesole, ekonom ING.

Adapun survei ADP yang akan dirilis diperkirakan menunjukkan perlambatan perekrutan, dari 104.000 menjadi 68.000. Sementara itu, laporan tenaga kerja nonfarm payrolls—data pekerjaan utama—akan diumumkan esok hari.

Baca juga: Harga Emas Melonjak, Permintaan BSI Cicil Emas Ikut Terdongkrak

Wall Street kini hampir sepakat bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada September. Berdasarkan alat FedWatch CME, peluang pemangkasan suku bunga acuan sudah mencapai 98 persen.

Namun, perdebatan masih terjadi soal berapa kali pemangkasan akan dilakukan.

Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic menilai inflasi yang meningkat justru menjadi risiko terbesar dibandingkan pelemahan pasar tenaga kerja. Ia menyebut pemangkasan satu kali sebesar 25 basis poin bisa mencukupi untuk menjaga target ganda The Fed.

Sementara itu, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari menegaskan inflasi masih terlalu tinggi dan dampak tarif impor kemungkinan bukan sekadar fenomena jangka pendek.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen, Cek Syarat dan Posisinya
BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen, Cek Syarat dan Posisinya
Karier
Wujudkan Swasembada Pangan, Harfia Gelar Temu Tani dan Pelatihan Traktor HTR-855 di Palangkaraya
Wujudkan Swasembada Pangan, Harfia Gelar Temu Tani dan Pelatihan Traktor HTR-855 di Palangkaraya
Ekbis
Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach Brewery (STRK) Bakal Masuk ke Pasar Jepang
Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach Brewery (STRK) Bakal Masuk ke Pasar Jepang
Ekbis
70 Persen Alkes Masih Impor, Indonesia Genjot Produksi Dalam Negeri
70 Persen Alkes Masih Impor, Indonesia Genjot Produksi Dalam Negeri
Ekbis
Wamendag Sebut Implementasi Perjanjian IC-CEPA Bikin Nilai Perdagangan dengan Cille Naik
Wamendag Sebut Implementasi Perjanjian IC-CEPA Bikin Nilai Perdagangan dengan Cille Naik
Ekbis
Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bongkar Strategi Genjot Pendapatan
Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bongkar Strategi Genjot Pendapatan
Industri
RI Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi: Bisa Dipakai Bayi, Harga Mulai Rp 300 Juta
RI Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi: Bisa Dipakai Bayi, Harga Mulai Rp 300 Juta
Industri
Ekspor China ke AS Anjlok 33 Persen, Pertumbuhan Perdagangan Melambat
Ekspor China ke AS Anjlok 33 Persen, Pertumbuhan Perdagangan Melambat
Ekbis
Jangan Tertipu! OJK Tegaskan Pemutihan Pinjaman Online Hoaks
Jangan Tertipu! OJK Tegaskan Pemutihan Pinjaman Online Hoaks
Ekbis
Tekan Impor, RI Kini Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi Sendiri
Tekan Impor, RI Kini Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi Sendiri
Industri
Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar
Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar
Keuangan
Kata KCI Soal KRL Sempat Tertahan di Stasiun Jatinegara dan Manggarai pada Minggu Malam
Kata KCI Soal KRL Sempat Tertahan di Stasiun Jatinegara dan Manggarai pada Minggu Malam
Ekbis
Prediksi Harga iPhone 17 Pro Max, Air, dan Seri Lainnya
Prediksi Harga iPhone 17 Pro Max, Air, dan Seri Lainnya
Belanja
Mengoreksi Budidaya, Menopang Ekstensifikasi, Mengejar Swasembada Gula
Mengoreksi Budidaya, Menopang Ekstensifikasi, Mengejar Swasembada Gula
Ekbis
Pertumbuhan Ekonomi Jepang 2,2 Persen, tapi Ekspor Turun
Pertumbuhan Ekonomi Jepang 2,2 Persen, tapi Ekspor Turun
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau