Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Masukkan Pembentukan Badan Penerimaan Negara di RKP 2025 Terbaru

Kompas.com - 16/09/2025, 13:08 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Prabowo Subianto memasukkan pembentukan Badan Penerimaan Negara (BPN) dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 terbaru.

Presiden telah memperbarui RKP 2025 melalui penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2025 yang telah diteken Presiden dan diundangkan pada 30 Juni 2025.

Dengan penerbitan Perpres tersebut, maka RKP 2025 yang sebelumnya diatur dalam Perpres 109 Tahun 2024 menjadi tidak berlaku.

Dalam RKP 2025 terbaru, Presiden memasukkan pembentukan BPN sebagai salah satu cara untuk meningkatkan penerimaan negara.

Baca juga: Menkeu Purbaya Ungkap Kode Prabowo soal Nasib Badan Penerimaan Negara

"Mendirikan Badan Penerimaan Negara dan meningkatkan rasio penerimaan negara terhadap produk domestik bruto (PDB) ke 23 persen," bunyi lampiran Perpres 79 Tahun 2025.

Rencana pembentukan BPN tersebut tidak ada dalam RKP 2025 yang diatur dalam Perpres 109 Tahun 2024.

Dalam Perpres yang lama, hanya disebutkan optimalisasi pendapatan negara dilakukan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan perpajakan, optimalisasi local taxing power, serta intensifikasi penerimaan negara bukan pajak.

Sebelumnya, rencana pembentukan BPN sudah kerap mencuat beberapa kali sejak Presiden Prabowo baru memimpin pada Oktober 2024. Namun, sampai saat ini, belum jelas kepastiannya.

Terakhir, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, Presiden Prabowo Subianto belum menginstruksikan pembentukan Badan Penerimaan Negara (BPN).

Hal ini diungkapkan Purbaya setelah dilantik oleh Prabowo menjadi Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati pada Senin (8/9/2025) sore.

"Belum ada (arahan mengenai pembentukan BPN)," ujar Purbaya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (8/9/2025).

Purbaya menyebut, Prabowo menyerahkan kepadanya untuk keputusan pembentukan Badan Penerimaan Negara.

"Kayaknya suka-suka saya katanya. Saya tanya, 'Pak, gimana Pak?', (menirukan gestur Prabowo mengibaskan tangan). 'Boleh enggak saya obrak-obrik?', (menirukan Prabowo lagi) gitu kira-kira," ucapnya.

"Saya enggak tahu, karena saya baru, itu kode boleh atau enggak (membentuk BPN)?" tambahnya karena takut salah menginterpretasikan gestur Prabowo.

Menurutnya, jika BPN jadi dibentuk, maka Indonesia akan menjadi negara satu-satunya yang memiliki BPN yang terpisah dari kementerian dan langsung diawasi oleh Presiden.

"Di dunia itu enggak ada yang seperti itu. Kalau kita buat, kita sendirian, nanti aneh lagi," kata Purbaya.

Untuk itu, lebih baik pemerintah mengoptimalkan apa yang sudah terbentuk saat ini agar progres yang telah berlangsung tetap berjalan dan tidak terhambat meski terjadi transisi kepemimpinan dari Sri Mulyani ke Purbaya.

Baca juga: Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
Syariah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau