Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Kerja Lesu, Tren Job Hugging Makin Menguat di Kalangan Sarjana

Kompas.com - 24/09/2025, 12:51 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menilai fenomena job hugging banyak dialami lulusan sarjana.

Job hugging merujuk pada kondisi pekerja yang bertahan di satu pekerjaan demi rasa aman.

"Itu sering dialami biasanya di kalangan kawan-kawan (lulusan) sarjana. Karena mereka kan terbatas ya, penyerapan tenaga kerjanya sesuai keahlian," kata Said Iqbal usai konferensi pers menanggapi revisi Undang-Undang Ketenagakerjaan di Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2025).

Baca juga: Job Hugging dan Generasi Tanpa Pilihan

Menurut Iqbal, job hugging muncul karena jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan lowongan.

Akibatnya, banyak pekerja enggan berganti pekerjaan meski tidak puas dengan gaji atau lingkungan kerja.

"Mereka bertahan untuk tidak mencari, atau keluar dari pekerjaan yang lama untuk mencari pekerjaan yang baru. Padahal dia tidak suka lagi bekerja, atau penghasilannya murah," ujar Iqbal.

Iqbal menekankan perlunya penciptaan lapangan kerja baru.

"Sehingga harus diciptakan lapangan kerja yang baru. Ini tugas pemerintah, untuk menciptakan lapangan kerja yang baru," tegasnya.

Fenomena job hugging kian terasa di banyak perusahaan. Kondisi ini muncul seiring melambatnya pasar tenaga kerja dan meningkatnya kekhawatiran ekonomi.

"Tren PHK yang muncul setelah masa pemulihan dari periode Covid 2020, justru memperparah kurangnya keamanan di pasar kerja yang sudah terdampak," kata Jennifer Schielke, CEO sekaligus pendiri Summit Group Solutions, dikutip Forbes, Jumat (19/9/2025).

Baca juga: Cerita Para Pekerja Job Hugging: Mengapa Mereka Enggan Pindah Kerja?

Schielke menilai job hugging menciptakan ilusi loyalitas, tetapi pada kenyataannya stagnasi.

Bryan Robinson, Ph.D, menambahkan, banyak pekerja generasi Z bertahan bukan karena berkembang, melainkan demi keamanan finansial.

Lonjakan harga, gelombang PHK, dan ketidakpastian ekonomi membuat banyak orang khawatir kehilangan penghasilan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
Syariah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau