JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2025 akan berada sedikit di atas titik tengah kisaran proyeksi, yaitu 4,6 hingga 5,4 persen.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juli Budi Winantya mengatakan, optimisme ini didasari pada penguatan kinerja ekonomi di paruh kedua tahun ini yang dipicu oleh ekspor dan belanja pemerintah.
"Untuk keseluruhan tahun 2025, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan sedikit di atas titik tengah kisaran proyeksi kami, yaitu 4,6 hingga 5,4 persen," ujarnya saat pelatihan wartawan di Bukittinggi, Padang, dikutip Minggu (26/10/2025).
Menurut Juli, pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III 2025 diperkirakan didorong oleh dua faktor utama, yakni ekspor dan belanja pemerintah.
Ia menuturkan, ekspor sejumlah komoditas unggulan seperti kelapa sawit dan besi baja masih tumbuh tinggi, terutama ke pasar India dan China. Hal ini akan memberikan dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025.
"Ini menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan III,” kata Juli.
Selain ekspor, belanja pemerintah juga dinilai berkontribusi besar terhadap penguatan permintaan domestik. Sejumlah program pembangunan infrastruktur dan proyek strategis disebut terus bergulir dan memberi efek pengganda bagi kegiatan ekonomi di daerah.
"Belanja pemerintah juga memberikan kontribusi terhadap penguatan permintaan domestik dan pertumbuhan ekonomi di kuartal III," ucapnya.
Dengan kondisi tersebut, BI memproyeksikan kinerja ekonomi pada semester II 2025 akan lebih baik dibandingkan semester I. Dorongan tersebut datang dari berbagai kebijakan pemerintah dan stimulus moneter yang sudah ditempuh otoritas.
Baca juga: Catatan Setahun Prabowo-Gibran: Hilirisasi Sumber Daya Mineral Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi
Dari sisi fiskal, pemerintah telah menggulirkan sejumlah proyek prioritas, baik di bidang infrastruktur maupun energi. Selain itu, paket kebijakan ekonomi yang baru dan tambahan bantuan sosial yang akan disalurkan pada Kuartal IV diyakini turut memperkuat konsumsi masyarakat.
Sementara dari sisi moneter, kebijakan suku bunga dan likuiditas yang lebih longgar diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan.
BI menilai kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi akan memperkuat daya tahan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global.
"Dari sisi BI, dorongan datang dari kebijakan yang telah diambil sebelumnya, baik kebijakan suku bunga maupun kebijakan likuiditas, yang diharapkan dapat mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi lagi di Semester II," ungkapnya.
Baca juga: Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, Sejauh Mana Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Tercapai?
Dengan berbagai faktor pendorong tersebut, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun ini akan meningkat dan semakin meningkat pada 2026.
Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal I 2025 dan Kuartal II-2025 masing-masing tercatat sebesar 4,87 persen dan 5,12 persen.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya