KOMPAS.com - Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali, pada Selasa (21/10/2025) malam, kembali membawa dampak besar bagi warga.
Sebuah jembatan darurat di Dukuh Pringjowo, Desa Krobokan, hanyut terbawa arus sungai hingga memutus akses utama warga setempat.
Kini, rangka kayu jembatan darurat itu tergeletak di dasar sungai, tak jauh dari lokasi semula.
Wakiman (56), warga Dukuh Pringjowo, mengaku tak menyangka hujan lebat di kawasan perhutani mampu menghanyutkan satu-satunya jembatan penghubung antarwarga.
“Ya, jembatan itu satu-satunya penghubung warga. Sekarang kalau warga utara mau ke selatan nggak bisa, begitu juga sebaliknya,” ujarnya saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (22/10/2025).
Baca juga: Bea Cukai Solo Musnahkan 12,4 Juta Batang Rokok Ilegal dan Miras Senilai Rp 17,9 Miliar di Boyolali
Menurut Wakiman, jembatan utama di lokasi itu sebenarnya sudah roboh enam tahun lalu.
Karena keterbatasan biaya, warga memutuskan bergotong royong membangun jembatan darurat dari kayu dan bambu agar tetap bisa beraktivitas seperti biasa.
Meski sederhana, jembatan tersebut menjadi urat nadi kehidupan sosial warga di kawasan tersebut.
“Untungnya kemarin saat jembatan hanyut, tidak ada warga yang melintas. Kalau hujan deras, warga biasanya tidak beraktivitas, lebih banyak di rumah,” jelasnya.
Baca juga: Link dan Cara Pinjam Mobil Dinas Bupati Boyolali Gratis di Hari Pernikahan
Selain menjadi penghubung antarwarga, jembatan itu juga menjadi akses utama menuju lahan pertanian di sisi utara sungai.
Sebagian besar warga Pringjowo yang bekerja sebagai petani penggarap di lahan milik perhutani kini mereka harus memutar jauh untuk mencapai kebun.
“Sekarang terpaksa harus memutar jauh, kurang lebih empat kilometer,” tambah Wakiman.
Ketua RT setempat, Sutoto, mengatakan jembatan darurat tersebut juga digunakan anak-anak untuk berangkat sekolah setiap hari.
Ia khawatir kondisi ini mengganggu aktivitas warga, terutama pelajar ketika musim hujan datang.
“Jembatan ini dilewati anak-anak sekolah dari SD, SMP, sampai SMK. Di seberang sana juga ada makam, jadi kalau ada warga meninggal, aksesnya jadi susah,” ungkapnya.
Sutoto berharap pemerintah segera turun tangan membangun kembali jembatan permanen, mengingat jembatan utama yang dibangun pada 1990-an telah rusak sejak 2019.
“Harapannya ya segera dibangun lagi, karena ini satu-satunya akses warga,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul "Nasib Warga Pringjowo Boyolali Usai Jembatan Darurat Diterjang Banjir, Kini Terisolasi".
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang