KOMPAS.com - Kisah haru terjadi di tengah banjir besar yang melanda Kota Semarang, Jawa Tengah.
Proses pemakaman seorang warga bernama Kaslimah di Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Genuk, harus dilakukan menggunakan sekoci pada Kamis (30/10/2025).
Baca juga: Semarang Masih Banjir, Perjalanan KA Pandalungan dan KA Blambangan Ekspres Terganggu
Karena seluruh akses jalan menuju area pemakaman tergenang banjir, jenazah Kaslimah terpaksa diangkut menggunakan perahu karet milik kepolisian.
Proses ini menjadi satu-satunya cara agar jenazah bisa dimakamkan di Trimulyo Wetan.
“Dimakamkan di Trimulyo Wetan,” kata Dirpolairud Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Raspani, Kamis.
Proses pemakaman dilakukan dengan melewati genangan air setinggi beberapa sentimeter.
Menurut Raspani, almarhumah sebelumnya memiliki riwayat sakit dan meninggal dunia di rumahnya yang masih terendam banjir.
“Semoga almarhumah dilapangkan kuburnya,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi kerja sama warga bersama aparat kepolisian yang membantu agar pemakaman tetap berjalan lancar di tengah kondisi darurat.
“Semoga warga yang terdampak banjir dapat segera pulih dan kembali hidup normal,” imbuhnya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, menyampaikan bahwa hingga Kamis (30/10/2025), sebanyak 63.450 jiwa masih terdampak banjir, dengan 32 orang di antaranya mengungsi.
“Kami berharap pompa diperbesar kapasitasnya, karena debit air terus naik dan hujan memang sudah diintervensi cuacanya, tetapi sepertinya tidak kuat menahan dan akhirnya hujan turun,” kata Agustina.
Ia menyebut, Pemerintah Kota telah berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk mempercepat penanganan banjir di wilayahnya.
Sejumlah warga berjalan menembus banjir di Jalan Kaligawe Raya, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (29/10/2025). Menurut data sementara BPBD Kota Semarang sebanyak 39.405 jiwa dari 29.772 KK di 18 wilayah terdampak banjir yang melanda Kota Semarang akibat dari anomali cuaca dengan intensitas hujan tinggi sejak Selasa (21/10). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nzNamun, Agustina menyoroti bahwa pompa dan kolam retensi di sejumlah titik belum berfungsi maksimal.
“Pompa ini juga tidak maksimal memompa. Warga mengirimkan gambar, turunnya air hanya sekitar sentimeter di daerah Sawah Besar. Padahal wilayah Sawah Besar dan Muktiharjo Kidul ini terdampak paling parah,” ujarnya.