Psikolog Ungkap 5 Penyebab Cuaca Panas Bikin Orang Mudah Marah
KOMPAS.com - Lini masa media sosial X tengah ramai dengan keluhan warganet soal cuaca panas yang melanda sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Bukan hanya bikin gerah dan tak nyaman, hawa panas juga disebut membuat banyak orang jadi cepat marah.
“Ini efek panas kali ya, orang-orang jadi pada bad mood semua, termasuk gue,” tulis pengguna X @tany******, Rabu (15/10/2025).
Fenomena ini ternyata ada penjelasan ilmiahnya. Psikolog Danti Wulan Manunggal mengatakan, cuaca memang dapat memengaruhi suasana hati dan emosi seseorang.
“Benar, berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara cuaca dengan mood dan emosi,” ujar Danti saat dimintai pandangan Kompas.com, Kamis (16/10/2025).
Menurut Danti, cuaca cerah biasanya dikaitkan dengan peningkatan semangat dan suasana hati yang positif karena paparan sinar matahari dapat merangsang produksi serotonin, yakni hormon yang membantu mengatur mood dan mencegah depresi.
Sebaliknya, cuaca ekstrem seperti panas atau dingin berlebihan justru bisa menurunkan mood dan membuat seseorang lebih mudah tersulut emosi.
Baca juga: Adakah Potensi Hujan di Tengah Cuaca Panas Terik? Ini Jawaban BMKG
Danti menjelaskan, suhu udara yang tinggi bisa meningkatkan kecenderungan seseorang menjadi lebih mudah marah atau agresif.
Penelitian berjudul Destructive Behavior, Judgement, and Economic Decision-making Under Thermal Stress menunjukkan bahwa orang cenderung lebih emosional ketika merasa kepanasan.
Penelitian terhadap 2.000 mahasiswa di California dan Kenya ini menemukan bahwa partisipan yang bermain game di ruangan panas lebih mudah bersikap agresif dibanding mereka yang berada di ruangan sejuk.
Lantas, apa saja faktor yang menyebabkan hal ini? Menurut Danti, ada lima faktor yang membuat orang mudah marah ketika kepanasan. Berikut penjelasannya:
Saat cuaca panas, tubuh akan merespons dengan ekstra keras untuk menjaga supaya suhu inti tetap stabil. Proses ini disebut dengan termoregulasi.
Sayangnya, upaya ini menyebabkan stres pada tubuh karena memicu pelepasan kortisol atau hormon stres.
"Peningkatan kortisol membuat seseorang lebih rentan terhadap stres dan kemarahan," kata Danti.