Setelah meninggalkan kapal, Cocoy dan rekan-rekannya menghabiskan waktu tiga jam terapung di Laut Merah sebelum akhirnya diselamatkan kapal kontainer berbendera Panama.
Cocoy pun mengaku menyaksikan kapal Magic Seas perlahan tenggelam di bawah ombak.
"Itu adalah jam-jam terpanjang dalam hidup saya," ungkapnya.
Hanya sehari setelah insiden itu, kapal lain bernama Eternity C yang juga diawaki pelaut Filipina diserang dan ditenggelamkan.
10 orang berhasil diselamatkan, sementara 15 lainnya tewas atau hilang.
Baca juga: Kapal Kargo Diserang di Laut Merah Yaman, 2 Awak Terluka dan 2 Hilang
Serangan itu menjadi yang paling mematikan sejak serangan rudal Maret tahun lalu yang menewaskan tiga orang.
Pada Rabu (16/7/2025) malam, delapan warga Filipina yang diselamatkan dari Eternity C telah tiba di Bandara Internasional Manila.
Namun, kelompok Houthi juga mengklaim telah menyelamatkan sejumlah awak tanpa menyebut jumlah pasti.
Pemerintah AS menuding hal itu sebagai penculikan, sementara pemerintah Filipina belum memberikan keterangan resmi terkait kemungkinan penyanderaan maupun negosiasi.
Baca juga: Lagi, Jet Tempur AS Nyemplung ke Laut Merah dari Kapal Induk Truman
Jurnal maritim Lloyd’s List melaporkan, enam pelaut Filipina diyakini disandera.
"Saya merasa khawatir untuk awak Eternity C yang hilang. Kami hanya beruntung karena semua selamat. Saya berdoa agar banyak dari mereka masih bisa ditemukan hidup," ucap Cocoy.
Kini, Cocoy dihantui mimpi buruk tentang peristiwa itu dan belum memutuskan apakah akan kembali melaut.
Dia pun mendesak pemilik kapal mencari rute alternatif agar menghindari Laut Merah.
"Itu adalah sesuatu yang seharusnya tidak pernah dialami siapa pun," pungkas Cocoy.
Baca juga: Houthi Kembali Tenggelamkan Kapal di Laut Merah, 3 Orang Tewas
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini