Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2025, 22:58 WIB
Aningtias Jatmika,
HTRMN,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

SOROWAKO, KOMPAS.com – "Climate change enggak hanya tentang es mencair di kutub. Kita juga gak hanya akan kehilangan kehidupan. Tapi juga (kehilangan) keindahan. Rasanya orang gak akan pernah berubah karena rasa takut, tapi karena dicintai."

Kalimat itu meluncur dari bibir Jonathan—fotografer yang peduli pada isu lingkungan—saat berdiri di tengah pameran foto tunggalnya. Ia adalah tokoh utama dalam film Sore: Istri dari Masa Depan.

Film itu berkisah tentang Sore, seorang perempuan dari masa depan yang kembali ke masa kini untuk menyelamatkan suaminya, Jonathan, dari takdir buruk—kematian di usia muda akibat pola hidup tak sehat.

Berkali-kali Sore mencoba memperingati dan membujuk, tapi Jonathan selalu gagal berubah. Sampai akhirnya Sore menyadari bahwa perubahan sejati tidak bisa dipaksakan dari luar. Ia hanya terjadi jika seseorang memiliki keinginan kuat dari dalam diri.

Film tersebut pun menggambarkan waktu sebagai entitas yang rapuh dan tak bisa diulang. Sama seperti Sore yang tak mampu memutar balik kehidupan Jonathan, manusia pun tak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi di alam.

Di titik itulah, film tersebut terasa relevan dengan tantangan terbesar dunia hari ini, perubahan iklim.

Perubahan iklim bukan sekadar gambaran es di kutub utara yang mencair. Kondisi ini hadir secara nyata di sekitar kita, mulai dari suhu ekstrem, musim tak menentu, naiknya permukaan laut, hingga kebakaran hutan yang makin sering terjadi.

Sama seperti Jonathan, manusia kini berada di persimpangan, terus bertahan dengan pola lama yang merusak atau memilih berubah demi masa depan.

Pilihan yang sama juga dihadapi dunia industri. Sektor ini telah lama menjadi motor pertumbuhan ekonomi, tapi sekaligus penyumbang emisi yang mempercepat krisis iklim.

Karena itu, inovasi dan komitmen menuju masa depan berkelanjutan bukan lagi sekadar opsi, melainkan kebutuhan.

Dengan pendekatan yang bertanggung jawab, industri tak lagi dipandang sebagai sumber masalah, tetapi motor perubahan menuju masa depan yang lebih hijau.

Dekarbonisasi di jantung produksi

Salah satu strategi penting bagi industri dalam menghadapi krisis iklim secara berkelanjutan adalah dekarbonisasi—upaya mengurangi emisi karbon di seluruh rantai produksi.

Langkah tersebut sudah mulai diterapkan oleh sejumlah pelaku industri, termasuk sektor pertambangan. Contoh nyata bisa dilihat dari komitmen dan langkah transformasi PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Perseroan menargetkan dapat mencapai target net zero emission (NZE) pada 2050—lebih awal dari program yang ditetapkan pemerintah.

Baca juga: Sinergi Baru Tambang Nikel Berkelanjutan, Vale dan AMM Teken Kontrak 8 Tahun

Salah satu langkah nyata dilakukan dengan mengurangi kadar air pada bijih nikel sebelum dikeringkan. Upaya ini dapat menghemat energi saat pengeringan dan pada akhirnya mengurangi emisi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau