Lebih mengkhawatirkan lagi, 16 persen dari negara-negara yang dinilai tersebut memiliki kapasitas di bawah standar dasar alias sistem peringatan dini mereka sangat minim atau hampir tidak berfungsi.
Untuk mengatasi kerentanan ini, WMO menyerukan tiga pilar investasi mendasar yakni infrastruktur, berbagi informasi, dan komitmen dana jangka panjang.
WMO juga mendesak negara-negara donor dan bank pembangunan untuk meningkatkan pembiayaan yang dapat diprediksi untuk infrastruktur peringatan dini dan pengembangan kapasitas.
Seiring meningkatnya peristiwa cuaca ekstrem akibat perubahan iklim, sistem peringatan dini menjadi salah satu alat paling efektif untuk mengurangi korban jiwa dan kerugian ekonomi.
Menurut catatan WMO, selama 50 tahun terakhir, bencana yang berkaitan dengan cuaca, air, dan iklim telah merenggut lebih dari 2 juta jiwa, 90 persen di antaranya di negara-negara berkembang.
Sebagaimana disimpulkan oleh Saulo dari WMO, Peringatan dini bukanlah sebuah kemewahan, itu adalah hak asasi manusia. Dan biaya dari tidak bertindak tentu akan selalu lebih tinggi.
Baca juga: Perubahan Iklim Picu Musim Kebakaran Hutan Makin Parah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya