Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Komnas HAM Temui Massa Aksi Munir, Sampaikan Perkembangan Penyelidikan

Kompas.com - 08/09/2025, 15:04 WIB
Lidia Pratama Febrian,
Larissa Huda

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Anis Hidayah, turun langsung menemui massa aksi yang berkumpul di depan kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (8/9/2025).

Aksi tersebut digelar untuk memperingati 21 tahun wafatnya aktivis HAM Munir Said Thalib sekaligus menuntut penuntasan kasus pembunuhan yang hingga kini belum terselesaikan.

Anis tiba di lokasi sekitar pukul 12.50 WIB dan berdialog dengan para aktivis serta komunitas pembela HAM. Massa membawa spanduk dan poster bernuansa hitam-putih yang menyerukan keadilan bagi Munir.

Baca juga: Ketua Komnas HAM Siap Mundur jika Tak Tuntaskan Kasus Munir 8 Desember 2025

Dalam kesempatan itu, Anis menyampaikan perkembangan terbaru penyelidikan yang tengah dilakukan Komnas HAM.

“Saya sudah menerima surat permintaan informasi yang ditujukan kepada Kejaksaan Agung terkait penyelidikan kasus Munir,” ujar Anis di hadapan massa aksi.

Ia menjelaskan, sejak awal 2023, Komnas HAM telah memanggil 18 saksi dari berbagai kluster dan mengumpulkan dokumen dari sejumlah pihak, termasuk Kejaksaan Agung, kepolisian, dan organisasi masyarakat sipil seperti KontraS serta Imparsial.

Anis menegaskan Komnas HAM berkomitmen menyelesaikan penyelidikan secepat mungkin, meski belum bisa memastikan waktunya.

“Keluarga korban berhak atas keadilan, kebenaran, dan pemulihan,” tegasnya.

Pernyataan Anis ditanggapi tegas oleh Dimas, perwakilan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).

Ia mendesak Komnas HAM menggunakan diksi yang jelas bahwa Munir “dibunuh oleh negara,” bukan sekadar meninggal dunia.

Baca juga: KASUM Beri Deadline 8 Desember ke Komnas HAM Tuntaskan Kasus Pembunuhan Munir

Dimas juga meminta Komnas HAM memberikan kepastian kapan hasil penyelidikan akan diumumkan serta menetapkan kasus ini sebagai pelanggaran HAM berat.

“Kami beri deadline sampai 8 Desember agar Komnas HAM mengeluarkan penetapan tersebut. Jika tidak, kami akan terus mengawasi dan mendesak mereka,” ujar Dimas.

Menanggapi tuntutan itu, Anis menyatakan kesiapannya mundur apabila Komnas HAM tidak dapat menuntaskan penyelidikan hingga tenggat waktu tersebut.

“Silakan dicatat teman-teman, sampai tanggal 8 Desember Komnas HAM belum menyelesaikan penyelidikan atas pembunuhan Munir, maka tentu saya bersedia untuk mundur,” kata Anis.

Sebelumnya, massa mulai memadati area depan Komnas HAM sejak pukul 12.30 WIB.

Peserta aksi datang dari berbagai latar belakang, mulai dari organisasi masyarakat sipil, kelompok aktivis HAM, mahasiswa, hingga sejumlah tokoh masyarakat.

Mereka membawa spanduk, banner, dan poster berwarna dominan hitam-putih dengan gambar Munir sebagai simbol perjuangan menuntut keadilan. Salah satu banner utama bertuliskan “7 SEPTEMBER 2004 MUNIR DIRACUN DI UDARA,” sebagai pengingat tragedi yang belum terselesaikan.

Baca juga: 21 Tahun Munir: Aktivis Padati Komnas HAM, Tuntut Kasus Dibuka Kembali

Poster lain memuat slogan seperti “SEPTEMBER HITAM” dan “INGATAN ADALAH SENJATA, MERAWATNYA ADALAH ANCAMAN BAGI PENGUASA.” Beberapa poster juga menyinggung nama tokoh-tokoh yang diduga terkait kasus tersebut.

Aksi berjalan kondusif dengan pengawalan aparat kepolisian Polsek Menteng dan personel TNI. Massa bergantian menyampaikan orasi, menyerukan agar kebenaran dan keadilan bagi Munir segera ditegakkan tanpa ada yang ditutupi.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Rawan Kecelakaan, Warga Minta Pagar Pengaman Trotoar di Serpong Segera Diperbaiki
Rawan Kecelakaan, Warga Minta Pagar Pengaman Trotoar di Serpong Segera Diperbaiki
Megapolitan
Rencana Ubah Status PAM Jaya Jadi Perseroda, Fraksi DPRD Jakarta Terbelah
Rencana Ubah Status PAM Jaya Jadi Perseroda, Fraksi DPRD Jakarta Terbelah
Megapolitan
Lurah Sunter Agung Ungkap Alasan Bangun Depot Air Minum Isi Ulang Gratis
Lurah Sunter Agung Ungkap Alasan Bangun Depot Air Minum Isi Ulang Gratis
Megapolitan
BEM UI Demo di DPR 9 September, Apa Saja Tuntutannya?
BEM UI Demo di DPR 9 September, Apa Saja Tuntutannya?
Megapolitan
Kompolnas Akan Minta Ahli Analisis Pergerakan Rantis Sebelum Lindas Affan Kurniawan
Kompolnas Akan Minta Ahli Analisis Pergerakan Rantis Sebelum Lindas Affan Kurniawan
Megapolitan
14 Pelaku Penyerangan Polres Jaktim Ditangkap, 4 di Antaranya Anak di Bawah Umur
14 Pelaku Penyerangan Polres Jaktim Ditangkap, 4 di Antaranya Anak di Bawah Umur
Megapolitan
Pagar Trotoar di Serpong Rusak Diduga karena Minim Perawatan
Pagar Trotoar di Serpong Rusak Diduga karena Minim Perawatan
Megapolitan
Pelaku Meninggal, Penyidikan Kasus Pembunuhan Bocah di Kebayoran Lama Dihentikan
Pelaku Meninggal, Penyidikan Kasus Pembunuhan Bocah di Kebayoran Lama Dihentikan
Megapolitan
Penampakan Puing Bekas Kebakaran yang Dipajang di Halte Jaga Jakarta
Penampakan Puing Bekas Kebakaran yang Dipajang di Halte Jaga Jakarta
Megapolitan
Petisi Tolak Pecat Kompol Cosmas Capai Ratusan Ribu Tanda Tangan, Ini Kata Kompolnas
Petisi Tolak Pecat Kompol Cosmas Capai Ratusan Ribu Tanda Tangan, Ini Kata Kompolnas
Megapolitan
Jelang Demo 8 September, Depan Gedung DPR Dipenuhi PKL
Jelang Demo 8 September, Depan Gedung DPR Dipenuhi PKL
Megapolitan
Api Muncul di Sekolah Regina Pacis Bogor, Belajar Mengajar Sempat Terganggu
Api Muncul di Sekolah Regina Pacis Bogor, Belajar Mengajar Sempat Terganggu
Megapolitan
Identitas Mayat Tak Utuh di Kali Ciliwung Terungkap, Ternyata Pegawai Kemendagri
Identitas Mayat Tak Utuh di Kali Ciliwung Terungkap, Ternyata Pegawai Kemendagri
Megapolitan
Penganiaya Sekuriti di Depok Ngaku Habis Minum Arak Saat Kejadian
Penganiaya Sekuriti di Depok Ngaku Habis Minum Arak Saat Kejadian
Megapolitan
Transportasi Umum Jakarta Peringkat 17 Dunia, Ungguli Kuala Lumpur hingga Bangkok
Transportasi Umum Jakarta Peringkat 17 Dunia, Ungguli Kuala Lumpur hingga Bangkok
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau