JAKARTA, KOMPAS.com - Niat yang murni untuk membantu kerap kali membuahkan manfaat yang lebih besar. Hal itu pula yang dirasakan oleh UMKM produk gula aren dengan jenama Mahorahora lima tahun belakangan.
Bermula dari niat untuk membantu para penderes nira di Sukabumi, Jawa Barat yang kesulitan mencari pembeli, bisnis yang dirintis seorang mantan pegawai bank dari garasi rumah ini telah membawa banyak manfaat kesehatan dan sosial kepada masyarakat.
CEO dan pendiri Mahorahora Bumi Nusantara Slamet Sudijono mengatakan, saat ini Mahorahora telah memiliki pabrik yang beroperasi di Sukabumi dengan 30 karyawan, 10 karyawan kantor, dan 500 penderes aren.
Baca juga: Pala Nusantara, UMKM Jam Tangan Kayu yang Lekat dengan Budaya dan Keberlanjutan
Bisnis gula aren Mahorahora bermula pada 2020 ketika Slamet berbincang dengan kawan lama yang sudah tidak bertemu selama 25 tahun.
Salah satu hal yang menjadi sorotan dari pertemuan tersebut adalah cerita tentang petani gula aren di kawasan Sukabumi yang berniat berhenti menjadi petani karena tidak dapat menemukan pembeli dari produk yang dihasilkan.
"Wah menarik juga tuh cerita yang kemarin ya. Gimana kalau kita coba bantu jual. Kalau mereka petani itu kan tinggalnya di gunung. Mereka tidak bisa buka Shopee. Kalaupun bisa buka tidak ada yang pick-up kan," ujar Slamet ketika ditemui di kantor Mahorahora, Kamis (14/8/2025).
Usai perbincangan itu, Slamet mencoba mengambil gula aren sebanyak 50 kilogram untuk kemudian dikemas ulang dan dijual di Shopee.
Baca juga: Cerita UMKM Pala Nusantara, Pionir Jam Tangan Kayu: Aktif Ikut Kompetisi demi Perluas Jangkauan
"Ternyata sebulan habis. nah jadi waktu itu kami putuskan gitu ya. Namanya (brand) tuh sesuatu yang ada kata murninya," imbuh dia.