Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anomali Stok Beras RI: Diklaim Surplus, tapi Harga Tetap Mahal

Kompas.com - 03/09/2025, 07:48 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah tak henti-hentinya menyampaikan bahwa stok beras nasional dalam kondisi aman bahkan surplus alias berlebih. Namun, fakta di lapangan menunjukkan hal yang berbeda: harga beras tetap mahal.

Bahkan yang lebih ironi, setok beras yang biasanya menumpuk di rak-rak toko modern, kini mengalami kelangkaan di sejumlah daerah.

Baik Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) beberapa kali menegaskan bahwa ketersediaan beras di gudang Bulog maupun pasokan dari petani masih mencukupi kebutuhan nasional.

Bahkan, data resmi mencatat stok beras Bulog yang merupakan cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah republik ini, yakni ada 3,5 juta ton tersimpan di gudang-gudang Bulog.

Pemerintah lalu merilis data bahwa surplus beras yang terjadi sampai akhir 2025 bakal mencapai 9,3 juta ton. Sementara sampai pertengahan tahun ini, kelebihan beras diklaim mencapai 3,6 juta ton.

Baca juga: Beras Lama Menumpuk di Bulog, Kerugian Negara Ditaksir Rp 1,2 Triliun

Anomali klaim surplus dan beras mahal

Berbeda dengan klaim-klaim dari Bapanas maupun Kementan, Ombudsman RI membeberkan temuan yang bertolak-belakang.

Berdasarkan sidak yang dipimpin Anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika beberapa waktu lalu, ditemukan fakta mengejutkan. Harga beras termurah di pasar tradisional mencapai Rp 12.000 per kilogram.

Itu pun dengan kualitas rendah berupa butiran kekuningan yang biasa dipakai usaha kuliner. Untuk konsumsi rumah tangga, harganya bahkan menembus di atas HET. Temuan lain, stok beras kosong di banyak rak minimarket.

“Pagi tadi saya cek di pasar modern, rak beras kosong. Sudah diganti Aqua. Ini genting,” ujar Yeka dalam konferensi pers, belum lama ini.

Merujuk data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), pada pekan kedua Agustus 2025 harga rerata nasional beras medium dan premium di Zona I masing-masing Rp 14.012 per kilogram dan Rp 15.435 per kilogram.

Itu artinya harga beras mahal bila mengacu pada HET. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan harga pada Juli 2025, yakni Rp 13.853 per kilogram untuk beras medium dan Rp 15.310 per kilogram untuk beras premium. Keduanya melampaui HET.

Di Zona II dan III, situasinya sama saja di mana harga beras mahal. Harga rerata nasional beras medium dan premium masing-masing Rp 14.875 per kilogram dan Rp 16.625 per kilogram.

Harga itu lebih tinggi dibandingkan Juli 2025, yakni Rp 14.666 per kilogram untuk beras medium dan Rp 16.458 per kilogram untuk beras premium. Keduanya juga melampaui HET.

Baca juga: Masih Ada Keluhan Beras SPHP Rusak, Dirut Bulog Beri Penjelasan

Dalih Mentan Amran

Sementara itu Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebut fenomena stok beras kosong di sejumlah toko ritel modern saat ini tidak menandakan kelangkaan beras.

Ia menyebut, kondisi ini terjadi karena pergeseran pola distribusi beras dari pabrik ke pasar tradisional.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau