JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia terus memperluas pasar global dengan menggencarkan penandatanganan perjanjian dagang strategis di berbagai kawasan dunia.
Sejumlah kesepakatan besar dengan Rusia, Tunisia, hingga Afrika Selatan dipastikan segera terealisasi paling lambat di tahun ini dan tahun depan.
Target itu setelah Indonesia menyepakati dua perjanjian dagang, yaitu Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) dan Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-Canada CEPA).
Baca juga: Ekspor Indonesia Ditarget Naik 2 Kali Lipat lewat Perdagangan Bebas dengan Kanada
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso, mengatakan bahwa pada Desember 2025, Indonesia dijadwalkan menandatangani Perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-Eurasian Economic Union (I–EAEU FTA) di Rusia.
Kesepakatan ini diharapkan membuka akses pasar yang lebih luas ke negara-negara anggota blok Eurasia.
“Jadi banyak yang kita lakukan tahun ini untuk memperluas akses pasar kita. Dan mungkin Desember (2025) kita juga akan menandatangani Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-Eurasian itu, kemungkinan ya di Rusia, awal Desember,” ujar Budi saat konferensi pers di Jakarta, Senin (29/9/2025).
Kesepakatan dagang dengan Tunisia atau Perundingan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) juga rampung dibahas, tinggal menunggu waktu penandatanganan resmi.
“Nah tapi menunggu juga waktunya, tapi secara, itu sudah selesai cuma karena belum ketemu waktunya untuk menandatangani perjanjiannya,” paparnya.
Adapun, per 11 Agustus 2025 lalu, Indonesia sudah menandatangani perjanjian perdagangan antara Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA).
Tahun depan, pemerintah akan mengalihkan fokus ke kawasan Amerika Selatan dengan melanjutkan perundingan bersama blok Mercosur yang beranggotakan Brasil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay.
“Nah kemudian kita tahun depan akan fokus ke Mercosur, kemarin tanggal 25 September itu sudah kita mulai ya perundingannya dengan anggota Mercosur, yakni Brasil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay. Ini kita mulai,” beber Mendag.
Tidak berhenti di situ, Indonesia juga membidik Benua Afrika sebagai pasar potensial baru.
Setelah melakukan penjajakan, pemerintah membuka peluang untuk lebih dulu menjalin perjanjian bilateral dengan Afrika Selatan sebagai pintu masuk kerjasama dengan negara-negara Afrika lainnya.
“Bunuh Afrika sebenarnya sudah lama kita mulai perjanjian, cuman mereka juga maunya kan kawasan. Kawasan itu kan juga agak lama. Nah kita coba bisa nggak kalau dimulai dengan bilateral. Nah kemarin Bapak Dirjen sudah ketemu juga dengan delegasi di Afrika Selatan dan mereka bersedia,” lanjut Budi.
“Jadi tahun depan, mudah-mudahan bisa kita mulai perjanjian Indonesia dengan Afrika Selatan dulu. Ini untuk memancing supaya negara-negara Afrika yang lainnya itu bisa melakukan perjanjian dengan kita. Jadi itu salah satu yang kita lakukan,” katanya.
Langkah agresif ini diyakini akan memperkuat posisi Indonesia di rantai perdagangan global sekaligus mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional.
Pemerintah menargetkan ekspor nasional bisa tumbuh lebih tinggi melalui diversifikasi pasar ke berbagai kawasan baru.
Baca juga: Perdagangan Bebas Indonesia-Kanada Berlaku, Tarif 0 Persen untuk Tekstil sampai Walet
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarangArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya