BANGKA, KOMPAS.com - Sektor perikanan bakal menjadi salah satu tumpuan ekonomi di Kepulauan Bangka Belitung setelah tahun lalu memprioritaskan bidang pariwisata.
Kepala Bank Indonesia Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S Tamawiwy, mengatakan pengembangan perikanan sesuai dengan kondisi daerah yang dominan wilayah perairan.
"Subsektor perikanan berkontribusi 7,45 persen terhadap total PDRB Bangka Belitung 2024. Komoditas perikanan juga menjadi ekspor terbesar ketiga pada kelompok komoditas non-timah," kata Rommy saat kegiatan Babel Economic Forum, Rabu (29/10/2025).
Rommy menjelaskan, pada tahun lalu komoditas ikan dan udang berperan 8,03 persen terhadap total ekspor Bangka Belitung. Data tersebut menunjukkan perikanan memiliki prospek strategis, baik sebagai penggerak ekonomi lokal, pengendali inflasi pangan, maupun penopang ketahanan pangan daerah.
"Tiga tantangan untuk perikanan yaitu produksinya, regulasi, dan perdagangannya," ujar Rommy.
Sebagai upaya nyata mendorong hilirisasi perikanan, Bank Indonesia melaksanakan Diseminasi LPP dan Pelatihan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Dasar bekerja sama dengan Badan Mutu Kementerian Kelautan dan Perikanan (BMKKP).
Selain itu, BI juga mengembangkan sistem hydroganik yang memungkinkan budidaya ikan bersamaan dengan tanaman pangan.
Kontribusi dari sektor perikanan diharapkan dapat menjaga tren positif pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang pada triwulan II 2025 mencapai 4,09 persen, sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya 4,60 persen.
"Sinergi yang kita lakukan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Rommy.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bangka Belitung Hidayat Arsani menekankan pentingnya pembangunan sektor perikanan karena didukung wilayah perairan daerah yang mencapai 70 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung akan berjalan dengan baik dan terus tumbuh di 2026," kata Hidayat.
Sementara itu, Kepala Seksi Analisa Statistik Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung, Arius Vitra, mengungkapkan potensi budidaya ikan nila atau tilapia belum tergarap maksimal dan kalah dengan produksi udang vaname yang lebih padat modal.
Baca juga: Dinilai Tak Produktif, 78.550 Ha Tambak Udang di Pantura Bakal Diganti Budi Daya Tilapia
"Tilapia menjadi ikan budidaya yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia," kata Arius dalam keterangan tertulis.
Arius menjelaskan, produksi tilapia di Bangka Belitung pada 2023 mencapai 381,23 ton, masih di bawah vaname yang mencapai 8.807,18 ton dan lele 1.099,89 ton.
Menurutnya, potensi tilapia perlu digarap maksimal karena pasarnya terbuka luas, baik ekspor maupun dalam negeri, termasuk untuk program makan bergizi gratis (MBG).