Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kerupuk, Makanan yang Selalu Ada saat Lomba HUT RI

Kompas.com - 17/08/2025, 14:26 WIB
Krisda Tiofani,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) identik dengan berbagai lomba tradisional. Salah satunya, lomba makan kerupuk yang hampir tak pernah absen dari acara 17-an.

Saat lomba makan kerupuk, panitia 17-an kerap menggunakan jenis kerupuk putih keriting berulir yang disebut sebagai kerupuk uyel. 

Sejumlah kerupuk akan digantung menggunakan tali rapia, lalu para peserta bersiap memakan kerupuk dengan posisi kedua tangan di belakang.

Peserta lomba yang menghabiskan kerupuk paling cepat akan dinobatkan sebagai pemenang dalam perlombaan ini.

Di balik keseruan lomba makan kerupuk 17 Agustus, ada sejarah panjang kerupuk yang ternyata sudah melekat sejak lama di budaya Indonesia.

Baca juga: Kuliner Khas Desa Asinan di Tepi Rawa Pening, Cetul Krispi hingga Kerupuk Genjer

Sejarah kerupuk

Lomba makan kerupuk untuk memeriahkan HUT ke-79 RI di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sydney, Kensington Park, Australia.KJRI SYDNEY Lomba makan kerupuk untuk memeriahkan HUT ke-79 RI di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sydney, Kensington Park, Australia.
Sejarawan sekaligus penulis buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Nakanan Indonesia", Fadly Rahman, menjabarkan sejarah kerupuk di Indonesia.

“Kerupuk sudah tercatat dalam naskah Jawa kuno sejak sebelum abad ke-10 Masehi,” kata Fadly, dilaporkan Kompas.com pada Minggu (9/8/2020).

Hal ini menunjukan bahwa kerupuk sudah menjadi makanan pendamping untuk masyarakat kuno pada saat itu. Salah satu kerupuk yang paling tua dan sudah lama dikonsumsi adalah rambak.

 

Kerupuk rambak atau kerupuk kulit dibuat dari kulit hewan sapi atau kerbau. Kerupuk rambak sering dikonsumsi oleh masyarakat Hindia Belanda kalangan atas seperti priyayi.

“Bagi masyarakat pribumi dari kalangan jelata maupun kalangan bangsawan, juga menikmati kerupuk rambak,” kata Fadly.

Pada masa kerajaan, rambak dijadikan sebagai hidangan pelengkap pada saat jam makan tiba.

Hal ini sama seperti masa sekarang yang menjadikan kerupuk sebagai makanan pendamping kegemaran masyarakat Indonesia.

Baca juga: Cara agar Kerupuk Udang Mekar Sempurna Saat Digoreng

Sejarah kerupuk aci

Berbeda dengan kerupuk rambak yang memanfaatkan kulit hewan, sejarah kerupuk aci bermula dibuat karena banyaknya produksi singkong di tanah Jawa pada abad ke-19.

Kerupuk bulat dan berwarna putih itu dibuat dari olahan singkong atau terkenal dengan sebutan “aci” dalam bahasa Sunda.

Kerupuk aci juga dikonsumsi oleh masyarakat dengan kasta sosial berbeda. Tidak seperti kerupuk rambak yang dinikmati kalangan atas, kerupuk aci banyak dikonsumsi oleh masyarakat kalangan bawah.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau