Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perempuan Adat Meksiko yang Terkurung 12 Tahun di RSJ AS karena Tak Bisa Bahasa Inggris

Kompas.com - 18/06/2024, 21:14 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Para tetangga bilang domba-domba Rita dicuri dan dia dituding membunuh suaminya—sesuatu yang tidak pernah bisa dibuktikan.

"(Rita) orang baik, orang yang sangat baik. Sepanjang hidup saya bilang dia orang baik. Yang terjadi adalah dia dianiaya. Katanya dia berkelahi dengan suaminya lalu Rita memukul dan membunuhnya," ujar Procopio Mancinas, tetangga dekat Rita di Urique dalam film tersebut.

"Rita Patino tidak membunuh Jeronimo Renterias. Mereka mencuri domba-domba Rita Patino. Mereka mencuri selimutnya, mereka mencuri dombanya," tambahnya di depan kamera.

Kemudian beredar kabar di desa bahwa Rita terkena “guna-guna” saat Tesgueinada—perayaan orang-orang Raramuri yang diadakan saat melakukan pekerjaan seperti bercocok tanam di mana mereka menenggak minuman beralkohol berbahan dasar jagung yang dikenal sebagai tesgueino.

Bir jagung tesgueino ini dipercaya punya nilai sakral dan perayaan Tesgueinada sendiri juga diwarnai ritual penyembuhan.

Setelah terkena “guna-guna” ini, konon Rita punya kesulitan bertutur kata.

“Jadi saya bilang ke suami saya: “Saya rasa Rita bodoh. Dia tidak bisa berbicara normal lagi. Dia mengoceh sendiri. (Ritual) bahkan tidak bisa menyembuhkannya, justru itu bisa menjadi penyebab kematian,” tutur Soledad Mancinas, istri dari sepupu Procopio Mancinas.

Rita mulai berkeliaran dengan putranya. Komunitas setempat pun mulai memandangnya dengan rasa takut. Para tetangga bilang Rita tidak diterima hampir di mana-mana.

“Ada orang-orang yang tidak menginginkan Rita. Kalau dia datang, pintu langsung ditutup rapat. Lalu ada yang bilang Rita ingin membunuh mereka. Tetapi itu tidak benar. Rita sebenarnya kelaparan dan butuh makanan,” ujar Procopio Mancinas.

Esteinou menduga Rita adalah seseorang dengan disabilitas yang tidak dimengerti orang-orang di sekitarnya.

Akibat apa yang dialami Rita dan apa kata-kata orang tentangnya, Esteinou menyebut aparat setempat mengambil putra Rita darinya. Putra Rita juga muncul di film dokumenter ini.

Alasan Rita meninggalkan Meksiko dan bagaimana dia bisa sampai di Kansas adalah sebuah misteri. Meski begitu, Esteinou mengatakan mungkin tidak sulit untuk menebak jawabannya mengingat hidup Rita yang begitu keras.

Baca juga: Kisah Kakak Beradik di Vietnam Nikahi 1 Perempuan, Tinggal Bersama dan Punya 10 Anak

Pembebasan Rita

Awalnya, pengadilan memerintahkan Rita dirawat di rumah sakit jiwa Larned di Kansas selama tiga bulan. Kondisi Rita rencananya akan ditinjau ulang setelah tiga bulan begitu pula dengan status tinggalnya di AS.

Namun, pengacara yang ditunjuk pengadilan untuk mewakili Rita tidak pernah hadir. Seperti yang sudah disebut tadi, Rita juga tidak mampu berkomunikasi karena tidak ada penerjemah tersedia.

Pada saat yang sama, tenaga medis juga tidak mengetahui asal Rita sehingga mengontak anggota keluarganya menjadi sulit.

Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Rita tidak bisa bercakap-cakap dengan siapa pun, sendirian, serta jauh dari kebudayaan dan tanah airnya. Dia juga diberikan obat-obatan tanpa diagnosa yang jelas akibat keterbatasan bahasa.

“Ini sungguh sebuah krisis multidimensi. Saya melihat banyak bentuk diskriminasi dan kekerasan dalam kasus Rita. Banyak elemen di sini. Dia adalah penduduk adat yang bahasanya tidak dimengerti siapa-siapa. Dia miskin. Dia seorang imigran. Dia diduga punya disabilitas. Dan dia perempuan,” ujar sang sutradara.

Setelah bisa pulang, Rita tinggal bersama keponakannya di Sierra Tarahumara.PIANO PRODUCCIONES via BBC INDONESIA Setelah bisa pulang, Rita tinggal bersama keponakannya di Sierra Tarahumara.
Baru sepuluh tahun kemudian situasi Rita berubah. Butuh satu dekade untuk ditemukan betapa gagalnya sistem dalam menangani kasus Rita.

Pada 1994, Dinas Advokasi dan Pelayanan Perlindungan Kansas, yang sekarang dikenal sebagai Pusat Hak-Hak Disabilitas Kansas, memutuskan untuk meninjau kembali kasus-kasus pasien yang telah berada di rumah sakit selama lebih dari lima tahun.

Organisasi tersebut menugaskan pengacara Toria Mroz untuk menangani kasus Rita.

"Salah satu hal pertama yang kami lakukan adalah memeriksa rekam medis Rita. Pada tahap awal dokumentasi, ada referensi yang menyatakan bahwa dia berasal dari Chihuahua dan bahwa dia adalah orang Indian Tarahumara (orang pribumi Tarahumara)," kenang Mroz dalam film dokumenter tersebut.

“Bagian ini ada dalam rekam medisnya selama Rita menjadi pasien di sana. Tetap saja, sepuluh tahun berlalu dan mereka masih bisa berkata: ‘Kami tidak tahu dari mana dia berasal atau bahasa apa yang digunakannya’,” imbuh Mroz.

Tidak hanya itu. Organisasi tersebut juga menemukan bukti bahwa petugas konsulat Meksiko di Salt Lake City, Utah, dan Kansas sudah diberitahu tentang keberadaan Rita di rumah sakit oleh seorang pekerja sosial. Namun, tidak seorang pun membuat pengaturan untuk mengeluarkan Rita dari rumah sakit jiwa.

Tim pengacara organisasi tersebut menggugat rumah sakit dan lebih dari 30 staf. Mereka menuntut ganti rugi sebesar 10 juta dollar AS (sekitar Rp 162,98 miliar).

Esteinou menyebut proses hukum menjadi tantangan tersendiri terutama karena Rita tidak bisa bersaksi di pengadilan dan hanya ada satu psikiater di AS yang mengerti bahasa Tarahumara.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau