KOMPAS.com - Berita mengenai tiga roket menghantam bandara di Irak dan menyebabkan dua personel keamanan terluka, memuncaki daftar Populer Global saat ini.
Sedangkan di bawahnya, kisah wanita Vietnam di balik bom AS, atau pelopor pengembangan senjata penghancur bunker nuklir di Iran.
Berita lainnya yang banyak dibaca di kanal Global Kompas.com adalah terkait inisiatif penggalangan dana dari warga Brasil untuk Agam Rinjani secara resmi dibatalkan.
Baca juga: Usai Dibom AS, Muncul Aktivitas Lagi di Situs Nuklir Fordo Iran
Selengkapnya, berikut rangkuman daftar Populer Global edisi Selasa (1/7/2025) hingga Rabu (2/7/2025) pagi yang dapat disimak:
Tiga roket ditembakkan ke wilayah Bandara Kirkuk, Irak utara, pada Senin (30/6/2025) malam. Dua di antaranya menghantam sektor militer bandara dan menyebabkan dua personel keamanan terluka ringan.
Seorang pejabat keamanan senior Irak yang enggan disebutkan namanya mengatakan kepada AFP bahwa dua roket Katyusha mendarat di bagian militer bandara.
“Dua roket Katyusha jatuh di bagian militer bandara Kirkuk. Akibatnya, dua personel keamanan mengalami luka ringan,” ujar pejabat tersebut.
Artikel selengkapnya bisa dibaca di sini.
Seorang wanita Amerika Serikat (AS) berdarah Vietnam, Nguyet Anh Duong, mendapat sorotan setelah militer AS menjatuhkan bom penghancur bunker (bunker-buster) di tiga fasilitas nuklir bawah tanah Iran pada Minggu (22/6/2025).
Duong, yang dijuluki “The Bomb Lady”, pernah memimpin pengembangan senjata seperti bom yang digunakan dalam serangan AS terhadap Iran.
“Saat saya membaca rincian teknisnya, saya langsung merasa familiar,” kata Duong, kini berusia 65 tahun, dalam wawancara di rumahnya di Maryland, AS
Artikel selengkapnya bisa dibaca di sini.
Baca juga: Peringati Korban Bom Hiroshima-Nagasaki, ICAN Serukan Penghapusan Total Senjata Nuklir
Inisiatif penggalangan dana dari warga Brasil untuk Agam Rinjani, yang dikenal karena aksi heroiknya mengevakuasi jenazah Juliana Marins di Gunung Rinjani, secara resmi dibatalkan.
Pembatalan ini diumumkan oleh platform VOAA dan organisasi Razoes para Acreditar pada Senin (30/6/2025), menyusul kontroversi soal potongan biaya administrasi dalam donasi tersebut.
VOAA menyebut bahwa kampanye donasi ini awalnya dilandasi oleh niat tulus. Namun, mereka mengakui bahwa diskusi seputar vaquinha (istilah lokal untuk penggalangan dana) telah memicu berbagai ujaran kebencian untuk platform.