WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berulang kali menaikkan tarif impor dari beberapa negara.
Sejak awal kepemimpinan periode keduanya, Trump kerap menjadikan tarif impor sebagai alat utama kebijakan ekonomi.
Meski Trump kerap berubah-ubah dalam menyampaikan alasan, CNN pada Senin (7/7/2025) melaporkan bahwa ada empat tujuan besar di balik kebijakan tarif, yaitu:
Baca juga: Isi Lengkap Surat Trump ke Prabowo soal Tarif, AS Tekor Dagang dengan RI
Trump kerap menyebut tarif sebagai “obat mujarab” ekonomi. Ia percaya bahwa kebijakan ini dapat mengembalikan pekerjaan buruh pabrik, menyeimbangkan anggaran negara, memaksa negara lain duduk di meja perundingan, sekaligus meringankan beban pajak warga Amerika.
Misalnya, Apple akan menggelontorkan 500 miliar dollar AS (Rp 8,11 kuadriliun) untuk pabrik di dalam negeri.
General Motors pun berencana meningkatkan kapasitas produksi senilai 4 miliar dollar AS (Rp 64,92 triliun) di "Negeri Paman Sam".
Namun, para ekonom dan pelaku industri menilai dampak nyata tarif impor terhadap kebangkitan sektor manufaktur masih terbatas.
Sebagian investasi yang diumumkan terjadi sebelum tarif diberlakukan. Selain itu, pembangunan pabrik membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga benar-benar beroperasi.
"Anda lihat saja. Kita akan punya pekerjaan. Kita akan punya pabrik terbuka. Ini akan hebat," kata Trump di pesawat kepresidenan Air Force One, Maret lalu.
Kendati demikian, masalah tenaga kerja terampil juga menjadi hambatan besar. Pada Mei, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat ada 414.000 lowongan kerja di sektor manufaktur yang belum terisi. Hal ini menunjukkan minimnya minat atau keterampilan di kalangan pekerja domestik.
Dari sisi statistik, jumlah pekerjaan manufaktur justru mengalami penurunan. Setelah mencatatkan tambahan 9.000 pekerjaan dalam dua bulan awal masa jabatan, sektor ini kehilangan 7.000 pekerjaan per bulan dalam dua bulan terakhir. Total pekerjaan manufaktur kini lebih rendah dibandingkan saat Trump mulai menjabat.
Baca juga: Dubes RI di AS Kosong, Pakar: Indonesia Gagal Lobi Tarif Trump
"Kita akan menghasilkan banyak uang... dan mungkin kita akan menghapus pajak penghasilan seluruhnya," sesumbar Trump saat kembali dari lawatan internasional, April lalu.
Namun, prediksi tersebut dinilai jauh panggang dari api.