Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah WNI Peserta WHV Tewas Kecelakaan di Australia, Muncul Seruan Ubah Aturan

Kompas.com - 28/07/2025, 19:52 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Hakim Mal Macpherson membacakan vonis bahwa kematian teman-teman Lius akan "tetap bersamanya seumur hidup."

Dalam sebuah pernyataan kepada ABC, Lius mengimbau warga Indonesia untuk berhati-hati ketika berkendara di Australia, terutama ketika melaju dengan kecepatan tinggi saat kondisi jalan basah.

"Jalanan licin dengan kecepatan tinggi akan sangat bahaya," katanya.

"Jadi, kita harus memperhatikan ini dengan kurangi kecepatan, jaga jarak dengan kendaraan di depan, hindari gerakan mendadak karena mengerem mendadak atau belok cepat bisa bikin kendaraan langsung selip, dan nyalain lampu."

Presiden Asosiasi Perempuan Multikultural di Gunnedah, Lisanty Evans, yang juga warga negara Indonesia, mendampingi Lius di pengadilan dan keluarga korban setelah kecelakaan tersebut.

Asosiasi tersebut baru-baru ini mengadakan seminar untuk komunitas multikultural di Tamworth yang mencakup sesi tentang keamanan mengemudi di jalan raya Australia.

"Kami selalu melihat kebutuhan edukasi tentang mengemudi di wilayah ini, karena di Gunnedah sendiri juga terdapat banyak migran," ujarnya.

Lisanty mengatakan, siapapun yang datang ke Australia harus "beradaptasi dengan aturan di sini."

Namun, ia mengatakan, perusahaan juga perlu menjalankan program orientasi, termasuk informasi berkendara yang aman, bagi pekerja dari luar Australia.

Sebagai alternatif, perusahaan dapat menyediakan layanan jemputan atau wujud transportasi lain untuk pekerja mereka, ujarnya.

Petani Australia mengandalkan peserta WHV untuk mengisi kekosongan pekerjaan musiman seperti memetik buah, kata Federasi Petani.ABC/MILDURA-SWAN HILL/TAMARA CLARK via ABC INDONESIA Petani Australia mengandalkan peserta WHV untuk mengisi kekosongan pekerjaan musiman seperti memetik buah, kata Federasi Petani.
Presiden National Farmers Federation, David Jochinke, mengatakan bahwa sektor pertanian bergantung pada pekerja asing, termasuk peserta WHV dari Indonesia.

"Kematian yang disebabkan apa pun adalah tragedi, dan kami turut merasakan penderitaan teman dan keluarga di luar negeri yang kehilangan orang terkasih jauh dari rumah," kata David.

"Bagi sebagian besar kita, mengemudi adalah hal paling berbahaya yang kita lakukan setiap harinya."

David mengatakan, merupakan hal umum bagi pemberi kerja, perusahaan penyedia tenaga kerja, dan penyedia akomodasi untuk menawarkan transportasi bagi pekerja migran dan Australia di wilayah regional, di mana transportasi umum tidak tersedia.

"Namun, banyak pekerja lebih suka menggunakan transportasi mereka sendiri," katanya.

Baca juga: 4 WNI Kecelakaan di Australia, 1 Tewas dan 3 Orang Luka Parah

Data tidak lengkap dan aturan bervariasi di setiap daerah

Sulit untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang berapa banyak peserta WHV yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas di Australia.

Departemen Dalam Negeri Australia telah memberikan 234.556 WHV dari Juli 2023 hingga akhir Juni 2024.

Beberapa departemen dan otoritas pemerintah federal, termasuk Departemen Dalam Negeri dan Departemen Luar Negeri, menyatakan bahwa mereka tidak mengumpulkan atau menyimpan data kematian pemegang visa liburan kerja di Australia.

Menurut DFAT, yang mencatat kematian di Australia, seperti polisi atau koroner, menginformasikan hal ini kepada kedutaan atau konsulat terkait.

Beberapa departemen Australia mengatakan tidak mengumpulkan atau menyimpan data tentang kematian pemegang visa liburan kerja di Australia.UNSPLASH/TAKAHIRO TAGUCHI via ABC INDONESIA Beberapa departemen Australia mengatakan tidak mengumpulkan atau menyimpan data tentang kematian pemegang visa liburan kerja di Australia.
Pakar keselamatan dari National Transport Research Organisation (NTRO) David McTiernan mengatakan, tidak ada pendekatan nasional atau data jumlah pengemudi yang menggunakan SIM internasional yang dikumpulkan.

"Jadi, kami tidak dapat mengukur jumlah kecelakaan yang menggambarkan seberapa umum masalah yang mungkin dihadapi pengemudi SIM internasional, dibandingkan dengan populasi umum," ujarnya.

"Memahami negara asal pemegang SIM yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas tentu akan memberikan wawasan tentang ke arah mana Australia perlu memfokuskan upayanya untuk meningkatkan keselamatan (di) jalan," tambahnya.

Pemegang visa Australia dapat menggunakan izin mengemudi internasional untuk jangka waktu tertentu, tergantung pada yurisdiksinya.ABC NEWS/JARROD FANKHAUSER via ABC INDONESIA Pemegang visa Australia dapat menggunakan izin mengemudi internasional untuk jangka waktu tertentu, tergantung pada yurisdiksinya.
Pemegang visa sementara juga harus memiliki izin mengemudi internasional dan terjemahannya dalam bahasa Inggris.

Namun, aturan SIM untuk pengunjung internasional dan pemegang visa sementara berbeda-beda di berbagai yurisdiksi di Australia.

Baca juga: WNI Pemegang Working Holiday Visa Kembali Tewas Kecelakaan di Australia

"Kenapa berani sekali menyetir?"

Ibu Naufal, Teti Ofianti (kanan) adalah pengasuh utamanya di Indonesia saat ini.DOK TETI OFIANTI via ABC INDONESIA Ibu Naufal, Teti Ofianti (kanan) adalah pengasuh utamanya di Indonesia saat ini.
Di Australia Selatan, warga Indonesia yang mengalami kecelakaan fatal pada 2023 saat ini sedang menghadapi sidang.

Setelah selesai kerja di malam untuk membersihkan pabrik pengolahan daging di Adelaide Hills, Ari Hasan Asyari mengemudi mobil yang ditumpangi tiga orang Indonesia lainnya pulang.

Pernyataan polisi yang dikeluarkan saat itu menyebutkan mobil tersebut keluar jalur pada pukul 09.30 dan menabrak pohon.

Satu penumpang tewas.

Rabu lalu, Ari mengaku bersalah atas dua dakwaan yang memberatkan, yaitu mengemudikan kendaraan bermotor tanpa berhati-hati. Sementara dakwaan ketiga telah dicabut.

Ia tetap dibebaskan bersyarat dan akan kembali diadili pada September.

Ari dan dua penumpangnya, termasuk Naufal Hisyam, selamat dari kecelakaan tersebut.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau