Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Kecil di Amerika Selatan Ini Punya Dampak Besar bagi AS

Kompas.com - 02/09/2025, 18:16 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

Sengketa ini masih menunggu putusan Mahkamah Internasional (ICJ), meski Venezuela menegaskan tidak akan mengakui yurisdiksi pengadilan.

Benjamin Gedan, seorang peneliti di Universitas Johns Hopkins dan mantan direktur untuk Amerika Selatan di Dewan Keamanan Nasional AS, menilai pemilu Guyana dapat memicu ketegangan sosial baru, yang berisiko memperdalam polarisasi etnis sekaligus membuka peluang campur tangan Venezuela.

Baca juga: AS Tangguhkan Hampir Semua Visa Orang Pemegang Paspor Palestina

Guyana di antara rivalitas global

Guyana kini berada di pusat rivalitas global. Perusahaan minyak AS memimpin produksi di negara tersebut, sementara China berinvestasi dalam infrastruktur, termasuk pembangunan jembatan baru Sungai Demerara.

“Guyana akan berada di pusat persaingan antara Amerika Serikat dan China,” kata Berg.

Ia menilai Guyana cenderung bisa menjaga hubungan dengan kedua negara sesuai kepentingan proyek masing-masing.

Sementara itu, Gedan mencatat presiden petahana Ali tampak lebih dekat dengan Washington, ditunjukkan oleh serangkaian kunjungan luar negeri ke AS.

Berg menilai AS membutuhkan mitra yang kuat di Guyana karena banyak alasan, baik ekonomi maupun dalam hal keamanan.

Namun, Guyana tetap terbuka pada investasi China di luar sektor minyak.

Imdat Oner, seorang analis politik di Florida International University, mengungkapkan bahwa kepentingan China di Guyana tidak hanya soal minyak, tetapi juga pengaruh di wilayah tersebut yang secara tradisional dianggap sebagai “halaman belakang AS”.

Dengan posisi itu, negara terkecil Amerika Selatan yang memproduksi minyak dalam jumlah besar ini memiliki peran penting dalam geopolitik global.

Oner mengatakan bahwa tantangan Guyana adalah menjaga keseimbangan.

Jika Guyana berhasil, Oner menilai, negara ini bisa mengubah hubungan dengan AS dan China menjadi keuntungan ekonomi dan politik yang nyata.

“Waktu yang akan menjawabnya,” ucap Oner.

Baca juga: Trump Berbalik Arah, Kini Izinkan 600.000 Mahasiswa China Masuk AS

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau