LOS ANGELES, KOMPAS.com – Sebuah penerbangan Delta Airlines dari Amerika Serikat terpaksa menempuh jalur memutar sejauh 2.000 mil atau 3.200 kilometer sebelum akhirnya tiba di Shanghai, China.
Keterlambatan sekitar sembilan jam itu diakibatkan oleh kondisi pilot yang tiba-tiba jatuh sakit.
Insiden ini bermula Ketika Delta Airlines Flight 389, yang dioperasikan menggunakan Airbus A350-900, lepas landas dari Detroit pada Sabtu (30/8/2025) pukul 10.30 pagi waktu setempat.
Baca juga: Pesawat Delta Tumpahkan Bahan Bakar ke Sekolah, Dituntut Rp 1,2 Triliun
Penerbangan ini dijadwalkan tiba di Shanghai sekitar 16 jam kemudian. Namun, lima jam setelah mengudara, ketika posisi pesawat berada di selatan Alaska, kru memutuskan untuk mengalihkan penerbangan.
Pesawat kemudian berbelok menuju Los Angeles, salah satu hub utama Delta, meski bukan bandara terdekat.
Dari titik belok di lepas pantai Alaska hingga mendarat di LAX, pesawat menempuh perjalanan tambahan sekitar tiga setengah jam.
“Penerbangan mendarat tanpa insiden dan langsung menuju gate,” ujar juru bicara Delta Airlines dalam pernyataannya, dikutip Business Insider.
“Kami meminta maaf kepada para pelanggan atas keterlambatan perjalanan mereka,” imbuhnya.
Setelah berada di darat selama lebih dari tiga jam untuk pergantian kru, pesawat kembali lepas landas dari Los Angeles pukul 19.00 waktu setempat.
Dengan tambahan penerbangan hampir 13 jam menuju Shanghai, para penumpang akhirnya tiba di tujuan sekitar pukul 23.00 waktu setempat, padahal jadwal semula seharusnya mendarat pukul 14.00.
Baca juga: Penumpang Boeing Delta Alami Telinga Pecah Saat Penerbangan, Tuntut Ganti Rugi
Meski jarang terjadi, kasus pilot yang jatuh sakit saat bertugas bukan hal yang sepenuhnya baru.
Pada Juli 2024, sebuah penerbangan easyJet terpaksa disambut paramedis di Lisbon setelah pilot dilaporkan pingsan.
Setahun sebelumnya, seorang kapten Southwest Airlines juga sakit di tengah penerbangan, dan kebetulan ada pilot maskapai lain di antara penumpang yang membantu co-pilot mendaratkan pesawat.
Bahkan pada 2022 di Florida, seorang penumpang tanpa pengalaman terbang berhasil mendaratkan pesawat kecil setelah pilotnya mengalami keadaan darurat medis.
Kasus terbaru yang menimpa Delta Airlines ini kembali menyoroti pentingnya memiliki dua pilot di kokpit. Beberapa produsen pesawat sempat mengusulkan sistem operasi dengan satu pilot, namun banyak serikat pilot menentang keras.
Tahun lalu, sejumlah asosiasi pilot internasional meluncurkan kampanye “Safety Starts with Two” untuk menegaskan bahwa keselamatan penerbangan berawal dari keberadaan dua orang pilot.
Baca juga: Menegangkan, Flap Sayap Boeing Delta Lepas Saat Mengudara
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini