Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Rayakan Kedewasaan Pangeran Hisahito, Apakah Calon Penerus Kaisar?

Kompas.com - 06/09/2025, 15:19 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

Kaum konservatif menolak perubahan aturan, dengan alasan suksesi laki-laki yang tak terputus selama 2.600 tahun adalah fondasi bangsa.

Baca juga: Kunjungan Kaisar Naruhito Simbol Eratnya Hubungan Indonesia-Jepang

Tekanan pada perempuan kekaisaran

Selain isu pewaris laki-laki, tekanan terhadap perempuan keluarga kekaisaran juga menjadi sorotan. Tradisi menuntut putri-putri kekaisaran keluar dari keluarga kerajaan setelah menikah.

Salah satu usulan modernisasi adalah mengizinkan mereka tetap menjalankan tugas publik meski sudah menikah.

Di sisi lain, kelompok konservatif mendorong agar kerabat jauh laki-laki dibawa kembali untuk memperkuat garis keturunan, meski belum jelas apakah mereka bersedia meninggalkan karier pribadi.

Hisahito sendiri mengaku belum memikirkan soal pernikahan. Namun, sejarah menunjukkan besarnya tekanan pada perempuan di keluarga kekaisaran untuk melahirkan anak laki-laki.

Permaisuri Masako, misalnya, sempat berjuang melawan penyakit akibat stres setelah masuk keluarga kerajaan. Permaisuri Emeritus Michiko, ibu Kaisar Naruhito, juga mengalami kondisi serupa.

Adik Hisahito, Mako, bahkan meninggalkan status kerajaan setelah menikah dengan Kei Komuro, teman kuliahnya.

Pernikahan itu menuai liputan tabloid yang intens, terutama terkait masalah keuangan keluarga Kei. Akibat tekanan, Mako dilaporkan mengalami gangguan stres pascatrauma kompleks sebelum akhirnya pindah ke Amerika Serikat bersama suaminya.

Baca juga: Profil Pemimpin Dunia: Naruhito, Kaisar Jepang

Fokus publik bergeser

Meski dukungan masyarakat terhadap kaisar perempuan tinggi, isu ini belum menjadi prioritas politik.

Sejarawan kekaisaran Hideya Kawanishi dari Universitas Nagoya menilai perhatian publik kini lebih banyak tertuju pada masalah ekonomi.

“Jika orang-orang yang umumnya mendukung (kaisar perempuan) menjadi lebih lantang, maka para politisi dapat menjadi lebih serius,” ujarnya.

“Ketika upacara berakhir, masyarakat, termasuk media, menjadi tenang dan melanjutkan hidup,” jelasnya,

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Halaman:

Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau