Penyelenggara memperkirakan, sekitar 60 persen delegasi akan menginap di rumah warga.
Meski hotel-hotel disebut “hampir penuh,” asosiasi perhotelan di Negara Bagian Para menolak permintaan pemerintah untuk mengendalikan harga.
Baca juga: Masuk Kamar Hotel, Wanita Ini Kaget Ada Hewan Tak Biasa di Lantai
“Tiap kota besar yang jadi tuan rumah acara global tidak diharuskan mengatur tarif hotel. Jadi, kenapa Belem harus?” ujar Toni Santiago, Ketua Asosiasi Hotel Para.
Pemerintah setempat lalu membentuk satuan tugas untuk membantu pencarian akomodasi. Gubernur Para, Helder Barbalho, memastikan bahwa “ketersediaan tempat tidur terjamin.”
Sementara itu, Airbnb melaporkan bahwa harga rata-rata akomodasi di Belem telah turun 22 persen sejak Februari.
Meski begitu, pencarian daring masih menunjukkan pilihan yang sangat terbatas dengan harga di bawah 100 dollar AS (sekitar Rp 1,5 juta) per malam—batas harga yang diharapkan PBB untuk delegasi dari negara-negara berkembang.
Marcio Astrini menambahkan bahwa polemik akomodasi ini justru mengalihkan perhatian dari isu utama COP30.
“Kekhawatiran soal tempat menginap menutupi hal-hal yang lebih penting, seperti target pengurangan emisi dan pendanaan iklim,” ujarnya.
Climate Observatory memperingatkan, jika persoalan ini tidak segera diatasi, COP30 berisiko menjadi konferensi paling mahal dalam sejarah.
Baca juga: Apa Saja Barang Paling Aneh yang Pernah Tertinggal di Hotel Seluruh Dunia? Ini Daftarnya
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini