Dengan rambut acak-acakan dan mata sembab, ia berteriak memanggil ayahnya yang menjadi salah satu korban kebakaran kapal di galangan PT ASL Shipyard Tanjunguncang, Batam.
“Bapak... Bapak... Baleklaah, Pak. Aku nak tengok bapakku, loh. Bapakku gak ada, ayok balek, Pak. Balek bukan ke Rumah Sakit Aini, ayok ke rumah, Pak,” teriak remaja itu sambil menghentakkan kakinya ke lantai.
Beberapa orang di sekitarnya berusaha menenangkannya, namun tangis kesedihan tak terbendung.
Ayah remaja itu diketahui merupakan salah satu pekerja di galangan kapal tempat kapal tanker MT Federal II terbakar hebat sekitar pukul 04.00 WIB, Rabu dini hari.
Ledakan di Kapal Federal II, 10 Pekerja Tewas, 18 Luka-Luka
Kapolda Kepri, Irjen Pol Asep Safrudin, menyebutkan bahwa hingga siang hari, jumlah korban sementara mencapai 28 orang.
Dari jumlah itu, 10 orang dinyatakan meninggal dunia, sementara 18 lainnya mengalami luka bakar dan dirawat di tiga rumah sakit di Batam.
Insiden ini bukan kali pertama. Kapal Federal II sebelumnya juga terbakar pada 24 Juni 2025, menewaskan empat pekerja.
Pantauan di lapangan, suasana haru masih terasa di sekitar RS Mutiara Aini. Sejumlah keluarga korban datang dengan harapan menemukan anggota keluarganya dalam kondisi selamat.
Sebagian pekerja galangan datang dengan pakaian kerja berdebu. Mereka duduk bersandar di dinding rumah sakit, menatap kosong ke arah instalasi gawat darurat (IGD). Dari arah kamar jenazah, isak tangis kaum perempuan pecah memecah keheningan.
Kisah Reas: Tuhan Masih Sayang Sama Aku
Di RSUD Embung Fatimah, salah satu korban selamat, Reas, masih tampak trauma. Wajahnya pucat, matanya sembab, dan tubuhnya gemetar saat menatap jasad rekannya, Pane, yang terbujur kaku di ruang jenazah.
Keduanya memiliki hubungan keluarga. Di PT ASL Shipyard, Reas bekerja sebagai helper, sementara Pane bertugas sebagai welder.
“Tuhan masih sayang sama aku, masih selamat, masih diberi napas kehidupan,” ujar Reas lirih.
Ia mengaku belum sanggup menceritakan panjang lebar detik-detik mengerikan yang ia alami.
“Nantilah, Bang. Saya masih kurang fit badan,” katanya pelan.
Namun sebelum meninggalkan rumah sakit, Reas sempat menggambarkan momen sebelum ledakan terjadi di kapal Federal II. Menurutnya, alat blower atau peniup udara di dalam tangki sempat mati.
Akibatnya, asap dan uap minyak mentah tertahan di dalam tangki.
Saat itu, para pekerja tengah melakukan proses pemotongan menggunakan alat las. Beberapa detik kemudian, hawa panas muncul dari bawah tangki, disusul percikan api.
Ledakan keras pun mengguncang seluruh kapal. Api menyebar cepat, melahap bagian dalam tangki, dan menjebak para pekerja yang sedang berada di dalam. Sebagian berhasil keluar, sebagian lainnya tidak sempat menyelamatkan diri.
Disnaker Kepri: Diduga Ada Kelalaian K3
Kebakaran besar di kapal Federal II menimbulkan tanda tanya besar mengenai keselamatan kerja di galangan kapal Batam.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kepulauan Riau, Diky Wijaya, menyebut pihaknya sudah turun langsung ke lokasi bersama tim penyidik pegawai negeri sipil (PPNS).
"Kita tinjau lokasi kebakaran yang terjadi pagi tadi, karena ini bukan kejadian pertama. Ada 10 korban meninggal dunia, sementara lainnya masih di ICU. Menurut saya ini sudah seperti bencana nasional, korbannya cukup banyak,” ujar Diky di lokasi, Rabu siang.
Diky menegaskan bahwa pemerintah akan menelusuri dugaan kelalaian dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan tersebut.
“Kalau sudah dua kali kejadian dengan proyek dan kapal yang sama, pasti ada kelalaian. Entah dari K3-nya yang lemah, pengawasan yang longgar, atau mainkontraktor yang lalai. Ini yang akan kita telusuri,” tegasnya.
Hingga kini, proses evakuasi dan identifikasi korban masih berlangsung. Keluarga korban diminta bersabar menunggu kabar resmi dari pihak berwenang.
Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id dengan judul Reas Sedih Lihat Rekannya Pane Terbujur Kaku, Insiden Kapal Federal II Terbakar di Batam
https://www.kompas.com/sumatera-barat/read/2025/10/16/103000788/tragedi-kapal-federal-ii-di-batam-tangis-histeris-anak-pekerja