Profesor Gug Seung-gi yang memimpin investigasi kecelakaan laut akhir-akhir ini menyebut laut Korea menjadi lebih berbahaya.
Tercatat, jumlah peringatan cuaca di laut sekitar Semenanjung Korea meningkat 65 persen antara 2020 dan 2024.
"Cuaca tidak menentu menyebabkan semakin banyak kapal terbalik, terutama kapal penangkap ikan kecil yang berlayar lebih jauh dan tidak dirancang untuk perjalanan panjang dan berat," jelas dia.
Baca juga: Viral Video Warganet Temukan Ikan Transparan di Laut, Spesies Apakah Itu?
Pihak berwenang menyadari bahwa cuaca tidak bisa dikendalikan sehingga mereka bekerja sama dengan nelayan untuk membuat kapal lebih aman.
Tim inspektur pemerintah menemui Hong yang kapalnya terbalik untuk melakukan serangkaian pemeriksaan langsung terhadap dua kapal lain yang dimilikinya.
Satuan tugas pemerintah merekomendasikan agar kapal dilengkapi dengan tangga keselamatan dan nelayan wajib mengenakan jaket pelampung.
Pelatihan keselamatan juga kini wajib dilaksanakan oleh semua awak asing.
Satgas juga ingin meningkatkan operasi pencarian dan penyelamatan, serta memberikan akses bagi nelayan terhadap informasi cuaca terkini yang lebih terlokalisasi dan terkini.
Beberapa daerah bahkan menawarkan untuk membayar nelayan atas ubur-ubur yang ditangkap, dalam upaya membersihkan laut.
Sementara itu, nelayan cumi-cumi diberi pinjaman untuk melindungi mereka dari kebangkrutan yang mendorongnya untuk pensiun.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperkirakan, total tangkapan ikan di Korea Selatan akan menurun hampir sepertiganya pada akhir abad ini jika emisi karbon dan pemanasan global terus berlanjut.
"Masa depan tampak sangat suram," ujar nelayan ikan teri, Park, dalam kanal YouTube-nya.
"Dulu rasanya romantis sekali bangun pagi dan pergi melaut. Ada rasa petualangan dan kepuasan tersendiri, Kini, semuanya benar-benar sulit," pungkas dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarangArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya