KOMPAS.com - China baru saja meresmikan aturan terbaru yang mewajibkan influencer atau kreator konten yang membahas topik sensitif, seperti kedokteran, hukum, pendidikan, hingga keuangan, untuk memiliki gelar akademik.
Dikutip dari Morocco World News, Senin (27/10/2025), Administrasi Siber Tiongkok (CAC) mengatakan, kebijakan ini diberlakukan untuk mengurangi misinformasi dan melindungi masyarakat dari informasi palsu yang berbahaya.
Kendati demikian, langkah ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang penyensoran dan kebebasan berekspresi.
Selain memiliki gelar, aturan yang berlaku sejak Sabtu (25/10/2025) ini juga mengatur bahwa influencer yang membahas topik sensitif itu dapat pula menunjukkan bukti keahlian mereka, seperti lisensi professional atau sertifikat.
Baca juga: Kakek di China Ini Rutin Mancing 6 Jam Per Hari, Lihat Perubahan Warna Kulitnya
Sementara, platform seperti Douyin (TikTok versi China), Bilibili, dan Weibo harus memverifikasi kredensial kreator, serta memastikan bahwa konten yang diunggah menyertakan kutipan dan pernyataan penyangkalan yang tepat.
Sebagai contoh, influencer wajib menyatakan dengan jelas kapan informasi berasal, dari mana sumber studi yang digunakan, dan apakah video yang memuat materi dihasilkan oleh AI atau bukan.
Platform juga harus mengedukasi pengguna tentang tanggung jawab mereka saat membagikan konten daring.
CAC juga melarang iklan produk medis, suplemen, dan makanan kesehatan untuk mencegah promosi tersembunyi yang disamarkan sebagai video edukasi di media sosial.
Baca juga: Influencer Bisa Tenteng Tas Miliaran saat Ekonomi Lesu, Ini Penjelasan Pengamat
Meski bertujuan positif, para kritikus mengingatkan, undang-undang baru itu dapat membatasi dan merusak kreativitas masyarakat untuk bersuara.
Mereka berpendapat, dengan membatasi siapa yang bisa berbicara tentang topik tertentu, China tidak hanya memblokir misinformasi, tetapi juga membatasi suara independen dan debat kritis.
Banyak pula yang khawatir bahwa “keahlian” akan didefinisikan dalam pengertian yang sempit sehingga memberi otoritas lebih banyak kekuatan untuk membungkam orang-orang yang mempertanyakan narasi resmi atau pandangan alternatif.
Sebaliknya, ada pula yang menyambut baik langkah baru ini dengan mengatakan bahwa aturan ini akan memungkinkan konten yang terinformasi dengan baik, terutama topik-topik yang penting dan sensitif.
Banyak yang berpendapat, hanya profesional di bidangnya yang boleh berbicara dan membahas topik tersebut sehingga mencegah misinformasi.
Tak dipungkiri, meningkatnya jumlah influencer telah mengubah cara orang dalam mendapatkan informasi.
Baca juga: Influencer Pendukung Donald Trump, Charlie Kirk Tewas Ditembak Saat Berpidato
Profesi influencer kini dihargai karena dianggap relevan dan autentik, serta mampu terhubung dengan audiens dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh pakar tradisional.