“Desember baru bisa diamati lagi sebelum makin redup karena menjauh,” ujar Thomas.
Menariknya, estimasi terbaru menunjukkan bahwa kepala komet yang tersusun dari gas CO? memiliki diameter sekitar 700.000 kilometer atau hampir setengah ukuran Matahari atau 5 kali diameter Jupiter.
Karena ukurannya yang luar biasa besar, para astronom memperkirakan fenomena menarik akan terjadi saat komet mencapai perihelion, yaitu titik terdekatnya dengan Matahari.
Pada fase ini, pemanasan maksimum akan membuat komet menunjukkan perubahan fisik yang signifikan.
Meski kemunculannya langka dan mengesankan, Thomas menegaskan bahwa komet ini bukan pertanda apa pun selain fenomena ilmiah biasa.
“Astronom tidak akan berspekulasi di luar hasil observasi. Obyek 3I/ATLAS adalah komet raksasa dari luar tata surya, bukan pesawat alien,” ujarnya.
Baca juga: Arkeolog Temukan Patung Mirip Alien Berusia 7.000 Tahun, Apa Itu?
Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo, juga memastikan bahwa komet ini tidak akan mendekati atau menabrak Bumi.
“Titik terdekat komet ini ke Matahari berada di antara orbit Merkurius dan Venus. Jarak terdekatnya ke Bumi mencapai sekitar 60 juta kilometer,” jelas Marufin.
Isu bahwa 3I/ATLAS adalah pesawat alien muncul setelah pernyataan Avi Loeb, astronom Universitas Harvard, yang menyebutkan “kemungkinan kecil” bahwa objek tersebut merupakan wahana buatan.
“Asumsi itu muncul karena orbit awalnya tampak seolah akan melintas dekat Mars, tapi data terbaru menunjukkan komet ini sebenarnya melintas jauh,” kata Marufin.
Dengan begitu, kekhawatiran warganet dapat dipastikan tidak beralasan.
Komet 3I/ATLAS hanyalah tamu kosmik dari bintang jauh, yang melintas sesaat, sebelum lenyap kembali ke kegelapan ruang antarbintang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang