YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Keraton Yogyakarta menggelar prosesi Grebeg Maulud dengan penampilan istimewa Gunungan Brama.
Gelaran ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena Gunungan Brama hanya dikeluarkan pada tahun yang bertepatan dengan Tahun Dal, setiap delapan tahun sekali.
KRT Kusumonegoro, Koordinator Rangkaian Prosesi Garebeg Mulud Dal 1959 menjelaskan, dalam prosesi ini akan ada Pareden Gunungan Brama yang diperuntukkan khusus bagi Sri Sultan, keluarga, dan Sentana Dalem.
"Dalam Garebeg Mulud Dal 1959, terdapat enam jenis gunungan yang akan dikeluarkan, di antaranya Gunungan Kakung, Gunungan Estri atau Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, Gunungan Pawuhan, dan Gunungan Brama," ujarnya.
Baca juga: Tradisi Unik Maulid Nabi di Lumajang, Warga Berebut Gayung hingga Panci
Sri Sultan Hamengku Buwono X akan melakukan prosesi Jejak Banon setelah mendengarkan pembacaan Riwayat Nabi Muhammad SAW.
Dalam prosesi ini, Sultan akan kembali ke Kedhaton melalui pintu butulan di sisi selatan Kagungan Dalem Masjid Gedhe.
Gunungan Brama memiliki bentuk silinder tegak yang mirip dengan Gunungan Estri, terbuat dari bambu dan ditutup dengan pelepah pisang.
Baca juga: Libur Maulid Nabi 2025, Polisi Terapkan Ganjil Genap di Puncak Bogor
Di bagian puncaknya, terdapat lubang untuk menempatkan anglo, yang digunakan untuk membakar kemenyan.
"Gunungan ini wujudnya seperti Gunungan Estri, yang membedakan adalah Gunungan Brama akan mengeluarkan asap sepanjang prosesi berlangsung," jelas KRT Kusumonegoro.
Sementara itu, Keraton Yogyakarta mengimbau masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam rangkaian acara Hajad Dalem Sekaten dan Garebeg Mulud untuk menjaga ketertiban.
Masyarakat diharapkan mengambil gunungan setelah mendengar aba-aba dan setelah gunungan tersebut selesai didoakan.
Namun, Gunungan Brama tidak akan dibagikan kepada masyarakat, melainkan akan kembali ke dalam kompleks Cepuri Kedhaton.
Pada Garebeg Mulud Dal 1959, pembagian pareden di Ndalem Mangkubumen ditiadakan.
Selain itu, dua buah Gunungan Kakung akan dibawa menuju Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan.
1. Jumat, 29 Agustus 2025, pukul 19.00 WIB - Miyos Gangsa di Kagungan Dalem Bangsal Pancaniti.
2. Minggu, 31 Agustus 2025, pukul 06.00 WIB - Geladi Bersih Prajurit di Kagungan Dalem Pelataran Kamandungan Kidul.
3. Selasa, 2 September 2025, pukul 15.00 WIB - Hajad Dalem Numplak Wajik di Panti Pareden, Kompleks Magangan.
4. Kamis, 4 September 2025, pukul 08.00 WIB - Mbusanani Pusaka di kompleks Kedhaton.
5. Kamis, 4 September 2025, pukul 18.00 WIB - Upacara Bethak di kompleks Bangsal Sekar Kedhaton.
6. Kamis, 4 September 2025, pukul 19.00 WIB - Kondur Gangsa di kompleks Masjid Gedhe.
7. Jumat, 5 September 2025, pukul 05.00 WIB - Upacara Bethak di kompleks Bangsal Sekar Kedhaton.
8. Jumat, 5 September 2025, pukul 09.00 WIB - Pisowanan Ageng di Kagungan Dalem Bangsal Kencana.
9. Jumat, 5 September 2025, pukul 08.00 WIB - Hajad Dalem Garebeg Mulud di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran.
10. Jumat, 5 September 2025, pukul 20.00 WIB - Bedhol Songsong Pementasan Wayang Kulit di Kagungan Dalem Tratag Gedhong Prabayeksa.
Dengan penampilan Gunungan Brama, Grebeg Maulud tahun ini diharapkan dapat memberikan nuansa yang berbeda dan lebih khidmat dalam menghormati peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini