BELGRADE, KOMPAS.com - Perdana Menteri Serbia Milos Vucevic resmi mengundurkan diri pada Selasa (28/1/2025), setelah berbulan-bulan menghadapi tekanan dari aksi unjuk rasa yang dipicu oleh insiden stasiun kereta api Novi Sad.
Pengunduran diri ini diumumkan Vucevic dalam konferensi pers di Belgrade, yang kemudian dikutip oleh kantor berita AFP.
Dalam pernyataannya, Vucevic menjelaskan bahwa keputusannya bersifat final.
Baca juga: PM Serbia Mundur terkait Robohnya Atap Stasiun Tewaskan 15 Orang
"Keputusan saya yang tidak dapat dibatalkan adalah mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri," katanya.
Ia juga menambahkan bahwa dirinya telah berdiskusi panjang dengan presiden Serbia sebelum mencapai keputusan ini.
"Kami membicarakan segalanya, dan dia menerima argumen saya," ungkapnya.
PM Serbia yang baru menjabat kurang dari setahun itu menyatakan, pengunduran diri ini bertujuan untuk menghindari meningkatnya ketegangan di masyarakat yang telah lama resah.
"Jadi untuk menghindari hal-hal yang semakin rumit, agar ketegangan tidak semakin meningkat di masyarakat, saya membuat keputusan ini," tuturnya.
Baca juga: Atap Beton Stasiun Kereta di Serbia Ambruk, 8 Orang Tewas
Aksi unjuk rasa besar-besaran di Serbia mulai terjadi sejak insiden ambruknya atap stasiun kereta api di Novi Sad pada November 2024.
Tragedi tersebut menewaskan 15 orang dan memicu kemarahan publik yang menyalahkan kurangnya pengawasan pemerintah terhadap proyek-proyek infrastruktur.
Renovasi besar-besaran stasiun tersebut dilakukan saat Milos Vucevic masih menjabat sebagai Wali Kota Novi Sad (2012-2022).
Banyak pihak mempertanyakan kualitas pekerjaan renovasi yang dilakukan saat itu, mengingat Vucevic memiliki peran langsung sebagai pengambil kebijakan di kota tersebut.
Baca juga: Bom Perang Dunia I Seberat 300 Kg Ditemukan di Serbia, Usianya Lebih dari Seabad
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini