JAKARTA, KOMPAS.com – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyarankan investor yang masih bersikap "wait and see" untuk memarkirkan dana menganggur di instrumen reksa dana pasar uang, khususnya yang memiliki fasilitas pencairan di hari yang sama (sameday redemption), sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Head of Wealth Management Mirae Asset, M. Arief Maulana, dalam acara Media Day: April by Mirae Asset, mengatakan bahwa saat pelaku pasar cenderung wait and see, dana menganggur bisa dimanfaatkan dengan berinvestasi ke instrumen jangka pendek seperti reksa dana pasar uang.
"Terlebih lagi, produk dengan likuiditas tinggi karena punya fasilitas sameday redemption,” ujarnya, dikutip dari keterangan pers, Jumat (18/4/2025).
Arief menjelaskan bahwa produk reksa dana pasar uang dengan pencairan sameday memungkinkan investor mencairkan dana secara langsung saat eksekusi pembelian saham dilakukan, tanpa khawatir gagal settlement.
Baca juga: Rupiah Sedang Tertekan, Reksa Dana Pasar Uang Dinilai Bisa Jadi Alternatif
Reksa dana pasar uang diinvestasikan pada instrumen utang jangka pendek yang jatuh tempo kurang dari satu tahun, serta instrumen pasar uang lain seperti deposito dan tabungan. Produk ini umumnya memiliki ketentuan pencairan H+1 hingga maksimal 7 hari.
Salah satu produk unggulan dengan fitur sameday redeem adalah Capital Optimal Cash, yang dipasarkan Mirae Asset bersama PT Capital Asset Management. Produk ini hadir sebagai solusi investasi jangka pendek dengan likuiditas tinggi di tengah kondisi pasar yang belum stabil.
“Selama setahun terakhir, imbal hasil atau return Capital Optimal Cash mencapai 4,36 persen, di atas deposito perbankan acuan sebesar 3,25 persen,” kata Head of Investment Capital Asset Management, Wisnu Karto.
Baca juga: Mana Lebih Cuan, Reksa Dana Pasar Uang atau Deposito?
Produk Capital Optimal Cash dapat diakses melalui platform digital NAVI milik Mirae Asset, yang menyediakan ratusan reksa dana dari berbagai manajer investasi. Platform ini tersedia dalam bentuk situs web dan aplikasi.
Kondisi pasar saham Tanah Air sendiri tengah tertekan sejak awal tahun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.510 pada 27 Maret 2025, atau melemah sekitar 8 persen dibandingkan akhir 2024.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, mencatat arus dana asing keluar (foreign outflow) dari pasar saham sepanjang kuartal I mencapai Rp30,3 triliun. Tekanan berlanjut hingga April, dengan tambahan outflow Rp15,5 triliun dari pasar saham dan obligasi.
“Prospek pertumbuhan negara berkembang Asia diperkirakan stagnan hingga 2026, terutama karena perlambatan ekonomi di Tiongkok dan AS yang diperburuk oleh meningkatnya tensi perang dagang. Sementara di dalam negeri, investor masih meragukan pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen,” kata Rully.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang