JAKARTA, KOMPAS.com – Kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengucurkan likuiditas Rp 200 triliun ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dinilai menekan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Tambahan dana jumbo itu membuat jumlah uang beredar naik tajam. Tekanan pun muncul di pasar valuta asing.
Head of Research & Chief Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menilai likuiditas sistem keuangan jadi terlalu longgar. Risiko pelemahan rupiah pun semakin besar.
“Tambahan Rp 200 triliun akan mendorong peningkatan pertumbuhan jumlah uang beredar yang sangat tinggi sekali. Jadi memang ketika jumlah uang beredarnya tinggi, itu impact-nya itu mungkin memang likuiditas di sistem keuangannya juga melonggar,” ujar Rully dalam diskusi daring Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Selasa (23/9/2025).
Baca juga: IHSG Menguat di Awal Perdagangan, Rupiah Ikut Terangkat
Tren pelemahan rupiah mulai terasa sejak beberapa waktu terakhir. Kelonggaran likuiditas berjalan seiring depresiasi mata uang.
“Karena suplai rupiahnya itu meningkat, jadi ada potensi terjadi pelemahan dari nilai tukar. Jadi ini yang sudah kita rasakan dalam beberapa waktu terakhir ya, dimana likuiditasnya melonggar dan disertai dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah,” jelas Rully.
Tekanan juga datang dari luar negeri. The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat memangkas suku bunga 25 basis poin ke level 4,25 persen. Bank sentral AS juga memberi sinyal pemangkasan lanjutan ke level 3,75 persen.
Pemangkasan itu membuka ruang bagi arus modal ke negara berkembang. Meski begitu, Rully menilai risiko global tetap tinggi. Ancaman stagflasi, kombinasi pelemahan ekonomi dan kenaikan harga, perlu diwaspadai.
Bank Indonesia (BI) meyakini rupiah masih bisa menguat kembali. Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp 16.607 per dollar AS per 22 September 2025.
Baca juga: Kenapa Rupiah Melemah? Ini Penjelasan Bos BI
Bloomberg mencatat rupiah di pasar spot berada di level Rp 16.618 per dollar AS pada 23 September 2025 pukul 09.55 WIB.
Gubernur BI Perry Warjiyo menilai pelemahan kurs dipengaruhi faktor global dan domestik.
"Memang dalam beberapa hari terakhir ada tekanan-tekanan global maupun juga faktor-faktor domestik," ucap Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (22/9/2025).