JAKARTA, KOMPAS.com - Industri halal Indonesia kian menjadi magnet investasi global. Sepanjang periode 2023-2024, investasi industri halal, termasuk keuangan syariah, mencapai 5,8 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, Indonesia mendapat 1,6 miliar dollar AS.
Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengungkapkan saat ini terdapat 140.944 perusahaan industri halal di Indonesia. Angka itu didominasi sektor makanan halal sebanyak 130.111 industri, diikuti minuman halal 10.383 industri, serta farmasi dan obat dengan 1.633 industri.
Kesadaran industri dan masyarakat akan sertifikasi halal juga terus meningkat.
“Jumlah produk yang telah tersertifikasi halal mencapai 584.522 produk dengan total 162.111 sertifikat halal. Ini menandakan semakin tingginya kesadaran industri dan masyarakat akan pentingnya sertifikasi halal,” ujar Agus dalam pembukaan Industrial Festival dan Halal Indo 2025 di ICE BSD, Tangerang, Kamis (25/9/2025).
Baca juga: Industri Halal RI Tumbuh Pesat, Konsumsi Domestik Capai Rp 3.226 Triliun
Meski begitu, kinerja ekspor produk halal Indonesia masih tertinggal dibanding potensi pasarnya. Pada 2023, ekspor ke negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) baru mencapai 12,33 miliar dollar AS dan menempatkan Indonesia di urutan ke-9, sementara impor dari negara OKI pada periode yang sama justru lebih besar, yakni 29,64 miliar dollar AS.
Kondisi tersebut memberi pesan penting bahwa pekerjaan rumah masih banyak, terutama untuk memperkuat kapasitas produksi dalam negeri agar mampu menekan ketergantungan impor.
“Namun, inilah momentum yang harus kita kelola agar Indonesia bisa bangkit sebagai pusat industri halal dunia,” paparnya.
Potensi pasar halal global diyakini menjadi faktor pendorong minat investasi. Konsumsi umat Muslim di enam sektor ekonomi syariah mencapai 2,43 triliun dollar AS pada 2023 dan diproyeksikan melonjak menjadi 3,36 triliun dollar AS pada 2028.
Baca juga: RI Peringkat 3 Ekosistem Industri Halal Dunia, Kalah dari Malaysia dan Arab Saudi
Sementara itu, konsumsi rumah tangga Indonesia sendiri mencapai Rp 3.226,1 triliun pada semester II-2025, didorong jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, yakni 245,97 juta jiwa.
Berdasarkan laporan State of The Global Islamic Economy Report (SGIER) 2024/2025, Indonesia menempati peringkat ketiga ekosistem industri halal dunia di bawah Malaysia dan Arab Saudi, namun di atas Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain.
Menariknya, Indonesia mencatat kenaikan skor tertinggi dibanding 2022, yakni naik 19,8 poin, sementara Malaysia justru turun 28,1 poin.
Agus menilai capaian ini menunjukkan Indonesia mulai unggul di sektor strategis.
“Kita patut bangga karena secara sektoral, Indonesia unggul dalam tiga sektor penting yang erat kaitannya dengan manufaktur, yaitu modest fashion dengan skor 106,5 dan menempati peringkat pertama dunia, sektor farmasi dan kosmetik halal di posisi kedua dengan skor 85,8, serta sektor makanan halal di peringkat keempat dengan skor 78,8,” jelasnya.
Baca juga: Dorong Perdagangan dan Sertifikasi Halal, Hong Kong Pertegas Posisi di Belt and Road