Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Masih Jauh Digapai, Ekonom Beberkan PR Prabowo-Gibran di Tahun Kedua

Kompas.com - 24/10/2025, 13:10 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah ekonom meminta pemerintah untuk memperkuat fundamental perekonomian pada tahun-tahun mendatang guna mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029.

Pasalnya, selama satu tahun pertama pemerintahan Kabinet Merah Putih, hanya mampu merealisasikan pertumbuhan di kisaran 5 persen.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menilai bahwa dengan transisi pemerintahan baru, wajar jika lonjakan pertumbuhan ekonomi tidak dapat terjadi pada tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran.

Sebab, umumnya, pemerintahan baru masih melakukan persiapan dan transisi kebijakan serta program baru, sehingga membutuhkan waktu agar program dan kebijakan tersebut berdampak pada perekonomian.

"Tentu cukup sulit kita berharap ada lonjakan signifikan di satu tahun pemerintahan," ujarnya kepada Kompas.com, dikutip Jumat (24/10/2025).

Oleh karenanya, dia berharap di tahun kedua pemerintahan Prabowo-Gibran dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen secara bertahap.

Dimulai dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen di 2026 dengan menjaga tren pertumbuhan tahun ini.

"Setidaknya target tersebut merupakan pijakan awal yang bisa digunakan untuk mendorong pertumbuhan secara bertahap ke level yang lebih tinggi dari angka tersebut," ucapnya.

Kendati demikian, untuk mencapai target 5,5 persen itu juga tidak mudah.

Pemerintah perlu memastikan konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi tetap tumbuh positif di tahun depan.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyelesaikan beberapa isu fundamental, seperti penurunan kelas menengah, pemutusan hubungan kerja (PHK), serta ekspektasi keyakinan konsumen.

Selain itu, pemerintah juga perlu menyelesaikan sederet masalah yang menghambat investasi agar dana investasi mengalir ke Indonesia untuk menggerakkan perekonomian.

Dalam hal ini, dia menyoroti pentingnya koordinasi dan konsolidasi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah.

Sebab, kepastian regulasi juga menjadi faktor krusial untuk menjaga kepercayaan investor. "Masalah koordinasi dan konsolidasi kebijakan di kementerian level pusat dan daerah merupakan hal yang patut ditunggu dan diawasi secara bersama," ucapnya.

Lebih lanjut, dia juga menekankan agar pemerintah tetap menjaga momentum hilirisasi industri, terutama sektor logam dasar, namun dengan memperhatikan aspek keberlanjutan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
Syariah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau