Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harita Nickel Catat Pendapatan Rp 22,40 Triliun hingga Kuartal III-2025

Kompas.com - 01/11/2025, 14:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel membukukan pendapatan sebesar Rp 22,40 triliun hingga kuartal III-2025.

Kinerja ini mencerminkan pertumbuhan yang konsisten di tengah upaya perusahaan memperkuat praktik pertambangan berkelanjutan dan efisiensi energi di sektor hilir nikel.

Head of Investor Relations Harita Nickel, Lukito Gozali, mengatakan bahwa capaian tersebut merupakan hasil efisiensi berkelanjutan dan optimalisasi fasilitas pengolahan nikel High Pressure Acid Leach (HPAL) dan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

"Kombinasi antara kemajuan dalam penerapan standar keberlanjutan global dan kinerja finansial yang solid mencerminkan upaya konsisten perusahaan untuk menumbuhkan nilai ekonomi sekaligus menjaga keseimbangan sosial dan lingkungan," ujar Lukito dalam keterangannya yang dikutip pada Sabtu (1/10/2025).

Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Harita Nickel melanjutkan pembangunan fasilitas RKEF ke-3 (KPS) dengan kapasitas hingga 185.000 ton kandungan nikel dalam feronikel per tahun.

Hingga Oktober 2025, progres pembangunan fase kedua telah mencapai 91 persen, sedangkan fase ketiga 44 persen.

Fasilitas ini diharapkan memperkuat kontribusi Harita Nickel terhadap hilirisasi industri nikel nasional serta memperkuat daya saing perusahaan.

Sejalan dengan komitmen terhadap transisi energi bersih, Harita Nickel juga mempercepat pemasangan panel surya berkapasitas 40 MWp di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Hingga Oktober 2025, progres konstruksi mencapai 38 persen, dengan instalasi tersebar di atap area tempat tinggal karyawan dan di atap fasilitas produksi.

Proyek ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi energi di kawasan industri nikel.

Dalam bidang sosial, Harita Nickel telah mengoperasikan fasilitas pengelolaan sampah terpadu (TPST) di permukiman baru Desa Kawasi yang mampu mengolah sekitar 1,8 ton sampah per hari menjadi kompos dan material daur ulang.

Di kawasan yang sama, perusahaan juga mengembangkan zona ekonomi baru dengan lebih dari 20 kios aktif milik masyarakat lokal dan membuka peluang usaha serta memperkuat kemandirian ekonomi warga.

Lebih lanjut, Lukito mengatakan bahwa sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan perusahaan, Harita Nickel juga menjalani audit penuh Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), standar global paling komprehensif dalam penilaian keberlanjutan di sektor pertambangan.

Harita Nickel menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang menjalani audit penuh IRMA.

Kini audit berada pada tahap peninjauan dan mencakup lebih dari 30.000 pekerja serta kontraktor di seluruh rantai operasional perusahaan, menjadikannya audit IRMA dengan cakupan tenaga kerja terbesar di dunia.

Menurut Lukito, partisipasi dalam audit IRMA menjadi langkah penting untuk memastikan seluruh proses bisnis kami berjalan sejalan dengan standar global dan memberi manfaat bagi masyarakat.

"Dengan berlandaskan keseimbangan antara kinerja finansial yang solid, tata kelola yang kuat, serta kepedulian terhadap sosial dan lingkungan, Harita Nickel menegaskan perannya sebagai perusahaan yang tumbuh dengan tanggung jawab dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat serta masa depan industri nikel Indonesia," pungkas dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
Syariah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau