BOGOR, KOMPAS.com - Di tengah suasana kebangsaan yang penuh gejolak, ratusan warga memadati Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu (6/9/2025) pagi hingga sore.
Mereka datang bukan sekadar untuk berwisata akhir pekan, melainkan merayakan peristiwa penting: Pesta Literasi Indonesia 2025 yang resmi dibuka dengan tema “Cerita Khatulistiwa”.
Ajang literasi kali ini menjadi ruang perjumpaan penulis, pembaca, dan komunitas literasi dari berbagai penjuru Nusantara.
Dari panggung talk show, drama musikal, hingga diskusi panel, Pesta Literasi menghadirkan energi baru bahwa membaca masih menjadi jalan untuk menjaga harapan di tengah rasa kecewa pada kondisi negeri yang belakangan ini penuh gejolak hingga menewaskan 10 orang.
"Kita sadar bahwa saat ini kondisi negara kita tidak baik-baik saja. Makanya, pembukaannya diawali dengan mengheningkan cipta karena kemarin ini ada banyak korban berjatuhan karena tindak kekerasan aparat dan juga tingkah laku pimpinan negeri ini yang korup, nir-empati. Di tengah perasaan yang kita miliki, masih ada harapan tersimpan dan muncul orang-orang yang membuat kita optimis akan masa depan yang lebih baik," kata Adi Ekatama, Publishing and Education Director Kompas Gramedia, dalam sambutannya.
Baca juga: Tunjangan Perumahan DPRD Jabar Rp 71 Juta, Dedi Mulyadi: Pergub Era Gurbernur Sebelum Saya
Pesta Literasi Indonesia 2025 tidak akan bisa berjalan tanpa dukungan komunitas literasi.
Ia percaya bahwa memperbaiki bangsa ini salah satu caranya adalah dengan membaca, bukan dengan mengoleksi mobil mewah seperti para pejabat atau anggota dewan.
Karena itu, perhelatan tersebut tidak hanya akan di Bogor, rangkaian acara juga nantinya akan menyapa 11 kota lain, mulai dari Garut hingga Jayapura, Papua.
"Di tengah situasi sulit, kita masih melihat orang-orang yang berjuang membuat kita optimistis akan masa depan yang lebih baik. Salah satunya lewat semangat literasi," ujarnya.
Pesta Literasi tak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga aksi nyata dengan menyalurkan donasi buku untuk Taman Bacaan Masyarakat di Bogor, sebagai wujud dukungan kepada komunitas akar rumput agar akses literasi semakin merata.
Adi Ekatama menegaskan, acara ini tidak akan berjalan tanpa dukungan komunitas literasi di daerah.
“Teman-teman percaya, untuk memperbaiki bangsa ini salah satunya adalah dengan membaca, bukan dengan mengoleksi mobil mewah. Pesta Literasi hadir untuk membuka akses buku dan mengajak masyarakat membaca,” katanya.
Pembukaan di Bogor menampilkan sejumlah agenda utama, seperti diskusi panel “Gagasan di Balik Gugusan Karya” yang menghadirkan penulis Ratih Kumala, penerjemah Barokah Ruziati, penulis dan aktivis kebijakan publik Afutami, serta komika sekaligus penulis Adit MKM.
Diskusi ini dipandu peneliti dan aktivis Gustika Jusuf-Hatta.
Seperti gugusan pulau yang membentuk Indonesia, karya-karya para penulis dan seniman disebut sebagai gugusan budaya yang menyimpan ingatan sekaligus melahirkan gagasan baru.