KOMPAS.com - BPBD Bali menanggapi adanya potensi bencana banjir di sejumlah wilayah saat memasuki puncak musim hujan akhir tahun hingga awal tahun mendatang.
Terlebih sistem alarm peringatan dini banjir belum terpasang di lapangan, terutama di daerah-daerah rawan.
Karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mengimbau masyarakat untuk sementara menggunakan cara lain dalam memantau dan menyebarkan peringatan.
Baca juga: Pemerintah Akan Tata Kembali Rumah-Kios Rusak akibat Banjir Bali
Dilansir dari Antara, Kepala Pelaksana BPBD Bali I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya mengatakan, masyarakat perlu memanfaatkan alternatif lain sebelum alarm peringatan dini banjir benar-benar terpasang.
“Ya pakai alternatif lain dulu, karena peringatan dini itu kan memang kebutuhan, tapi kan tidak bisa serta merta pasang, karena ada perencanaannya juga, penganggarannya, baru nanti eksekusi,” kata Teja Bhusana di Denpasar, Jumat (14/20/2025).
Ia menegaskan, alarm banjir yang diusulkan oleh Gubernur Bali Wayan Koster masih membutuhkan waktu untuk direalisasikan. Pemerintah daerah, katanya, harus melalui tahap perencanaan dan penganggaran sebelum bisa mengeksekusi pemasangan sistem tersebut.
Baca juga: Jalan Terdampak Banjir Bali Sudah Bisa Dilintasi
Sembari menunggu sistem alarm dipasang, masyarakat dapat menggunakan saluran komunikasi yang sudah ada, seperti media sosial, grup WhatsApp, atau bahkan kulkul banjar untuk menyampaikan peringatan dini kepada warga sekitar.
Menurut Teja Bhusana, kesadaran masyarakat terhadap potensi bencana menjadi faktor paling penting dalam menghadapi musim hujan.
Ia mengingatkan, pada banjir besar bulan lalu, informasi peringatan hujan lebat sebenarnya sudah beredar luas. Namun, banyak warga yang belum mengantisipasinya dengan baik.
Lebih lanjut, Teja Bhusana menjelaskan, BPBD Bali bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintah Provinsi Bali sudah mendorong agar sistem alarm segera diwujudkan. Namun, ia mengakui prosesnya tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat.
“Ya perencanaannya juga di setiap daerah bisa beda karakter ya, nanti kan tidak asal bunyi alarm, kalau bunyi alarm lalu bagaimana, ini harus dipahami dulu, prosedur evakuasi seperti apa, kapan bunyinya, di meter berapa, itu ada perencanaannya dulu, ada perhitungannya, kemudian nanti baru eksekusinya,” ujarnya.
Pemasangan sistem alarm peringatan dini banjir ini digagas setelah Bali dilanda banjir besar beberapa waktu lalu, di mana luapan air berasal dari hulu sungai-sungai utama.
Pemerintah provinsi pun mengajukan dukungan kepada pemerintah pusat untuk memasang sistem serupa di empat titik sungai besar sebagai langkah mitigasi menghadapi musim hujan tahun ini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang