Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

216 Jalan Jakarta Macet, Pemprov Diminta Tegur Kontraktor Galian yang Kerjanya Lambat

Kompas.com - 22/08/2025, 11:34 WIB
Ruby Rachmadina,
Faieq Hidayat

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Ali Lubis meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menegur kontraktor yang dinilai lambat dalam menyelesaikan proyek pembangunan di Ibu Kota.

Permintaan ini muncul setelah Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta mencatat 216 ruas jalan macet akibat proyek pembangunan

“Pemprov Jakarta harus mengambil langkah tegas untuk menegur pihak ketiga atau yang mengerjakan proyek atau galian tersebut jika memang dalam pekerjaannya terkesan lambat atau bagaimana sehingga menimbulkan macet,” ungkap Ali saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/8/2025).

Baca juga: Penyebab Macet di Jakarta Hari Ini: Ada Proyek dan Galian di 216 Jalan

Pemprov DKI juga diminta harus turun langsung mengecek progres pembangunan di setiap ruas jalan sudah sejauh mana.

Situasi lalu lintas di Jalan TB Simatupang dekat Cibis Park, Jakarta Selatan, Jumat (22/8/2025) KOMPAS.com/ARDHI RIDWANSYAH Situasi lalu lintas di Jalan TB Simatupang dekat Cibis Park, Jakarta Selatan, Jumat (22/8/2025)

Ali menilai lambannya penyelesaian proyek justru memperburuk kondisi lalu lintas.

“Pemprov Jakarta bisa mengecek proyek konstruksi maupun galian tersebut di seluruh wilayah jalan Jakarta, sudah sejauh mana perkembangan proyek tersebut,” kata dia.

Selain itu, ia meminta pemerintah membuat penjadwalan pembangunan agar tidak ada beberapa proyek galian berjalan bersamaan di satu lokasi.

Menurut Ali, jika dua hingga tiga proyek dilakukan dalam satu jalan, kemacetan pasti tidak bisa dihindari.

“Jika ada tiga proyek atau galian dalam satu jalan maka untuk sementara dua proyek atau galian yang lain harus distop sementara sampai yang satu proyek selesai demi mengurangi dampak macet,” kata dia.

Baca juga: DPRD DKI Minta Jalur Alternatif TB Simatupang Dipasangi Rambu Lalu Lintas

216 Jalan Macet karena Proyek Konstruksi

Sebelumnya, Dishub DKI Jakarta mencatat ada 216 ruas jalan dengan panjang total 264,58 kilometer yang terkena dampak proyek pembangunan di Ibu Kota.

Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo menyatakan kondisi itu menjadi salah satu penyebab utama kemacetan yang kerap terjadi belakangan ini.

“Berdasarkan hasil inventarisasi Dishub, ada 216 ruas jalan dengan total 264,58 km yang terokupansi akibat pekerjaan konstruksi. Hal ini berdampak terhadap adanya kepadatan lalu lintas di ruas jalan,” kata Syafrin dalam keterangannya, Kamis (21/8/2025).

Baca juga: Atasi Macet TB Simatupang, Dishub DKI Kaji Penutupan Exit Tol Cipete Saat Jam Sibuk

Menurut Syafrin, proyek-proyek yang tengah berlangsung meliputi pembangunan MRT Jakarta, LRT Jakarta, Tol Harbour Road 2, Jakarta Sewerage Development Project (air limbah), Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), jaringan utilitas terpadu (SJUT), hingga pembangunan saluran crossing.

Untuk meminimalisasi dampak kemacetan, Dishub DKI bersama kepolisian menerapkan berbagai rekayasa lalu lintas.

Mulai dari pengalihan arus, penerapan contra flow, penutupan persimpangan, pembongkaran jalur cepat-lambat, hingga penempatan petugas lapangan dan flagman dari pihak kontraktor.

Baca juga: Jurus Pramono Urai Macet Parah TB Simatupang: Surati Pemerintah Pusat, Larang Pak Ogah

Syafrin optimistis, meski sekarang warga harus menghadapi kemacetan, hasil proyek tersebut akan memberikan manfaat besar di masa depan.

“Untuk proyek perkeretaapian dan jalan tol akan memberikan nilai tambah bagi transportasi berkelanjutan dan mobilitas warga. Sementara pembangunan jaringan perpipaan akan meningkatkan sistem pengelolaan air limbah dan penyediaan air minum yang lebih ramah lingkungan,” ungkap Syafrin.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ruko Fatmawati Terbakar, Karyawan Ngaku Sempat Mimpi Buruk Sebelum Kejadian
Ruko Fatmawati Terbakar, Karyawan Ngaku Sempat Mimpi Buruk Sebelum Kejadian
Megapolitan
Puing Sisa Kebakaran Dipajang di Halte Transjakarta Jaga Jakarta
Puing Sisa Kebakaran Dipajang di Halte Transjakarta Jaga Jakarta
Megapolitan
Polisi Tangkap Penganiaya Sekuriti di Depok Perkara Portal Kompleks Ditutup
Polisi Tangkap Penganiaya Sekuriti di Depok Perkara Portal Kompleks Ditutup
Megapolitan
Suasana Hangat di Peresmian Halte Transjakarta Jaga Jakarta, Penumpang Dapat Bingkisan
Suasana Hangat di Peresmian Halte Transjakarta Jaga Jakarta, Penumpang Dapat Bingkisan
Megapolitan
Pramono: Jakarta Peringkat 17 di Dunia dengan Transportasi Publik Terbaik
Pramono: Jakarta Peringkat 17 di Dunia dengan Transportasi Publik Terbaik
Megapolitan
Selidiki Kasus Affan, Polisi Ambil Rekaman CCTV di TKP Rantis Brimob Lindas Ojol
Selidiki Kasus Affan, Polisi Ambil Rekaman CCTV di TKP Rantis Brimob Lindas Ojol
Megapolitan
Tarif Transjakarta dan MRT Kembali Normal Mulai Hari Ini Usai Digratiskan Sepekan
Tarif Transjakarta dan MRT Kembali Normal Mulai Hari Ini Usai Digratiskan Sepekan
Megapolitan
Komite Aksi Solidaritas untuk Munir Demo di Komnas HAM Hari Ini
Komite Aksi Solidaritas untuk Munir Demo di Komnas HAM Hari Ini
Megapolitan
BEM UI Bakal Gelar Demo di DPR Besok
BEM UI Bakal Gelar Demo di DPR Besok
Megapolitan
Perbaikan JPO Senen dan Polda Metro Rampung Desember, Biaya Capai Rp 20 Miliar
Perbaikan JPO Senen dan Polda Metro Rampung Desember, Biaya Capai Rp 20 Miliar
Megapolitan
Pengemudi Ojol Bakal Demo di DPR pada 17 September, Suarakan 7 Tuntutan
Pengemudi Ojol Bakal Demo di DPR pada 17 September, Suarakan 7 Tuntutan
Megapolitan
Di Balik Sorotan Publik Tunjangan Rumah DPRD DKI Kini Menunggu Revisi
Di Balik Sorotan Publik Tunjangan Rumah DPRD DKI Kini Menunggu Revisi
Megapolitan
Wajah Baru Halte Senen Sentral yang Berganti Nama Jaga Jakarta
Wajah Baru Halte Senen Sentral yang Berganti Nama Jaga Jakarta
Megapolitan
Kebakaran Foodcourt di Cipete Masuk Proses Pendinginan
Kebakaran Foodcourt di Cipete Masuk Proses Pendinginan
Megapolitan
Pramono Ungkap Alasan Ganti Nama Halte Senen Sentral Jadi Jaga Jakarta
Pramono Ungkap Alasan Ganti Nama Halte Senen Sentral Jadi Jaga Jakarta
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau