JAKARTA, KOMPAS.com - Gelombang protes masyarakat di depan Gedung DPR/MPR RI kembali berlanjut pada Jumat (5/9/2025) pagi.
Kali ini, mahasiswa asal Jawa Barat dengan jas almamater biru tua merapat ke titik aksi.
Mereka datang menagih pemenuhan 17+8 Tuntutan Rakyat, bertajuk “Piknik Rakyat Nasional”.
Setelah aksi protes diwarnai kericuhan orang tak bertanggung jawab pekan sebelumnya, aksi kali ini diwarnai kegiatan menarik tanpa meninggalkan esensi aksi.
Baca juga: Demo di Depan DPR, Mahasiswa Main Permainan Tradisional hingga Makan Bersama
Aksi dimulai dengan orasi bergilir dari sejumlah mahasiswa yang membentuk lingkaran di depan gerbang.
Sesuai namanya, massa aksi pun menggelar piknik dengan makan bersama.
Ketua BEM Universitas Padjadjaran, Vincent Thomas, menjelaskan, konsep piknik yang mereka usung sengaja dipilih karena dinilai lebih dekat dengan masyarakat umum dan terkesan menyenangkan.
"Kami memahami bahwa ternyata 17+8 itu menggunakan warna-warna yang colorful, pendekatan yang fun, dan itu jauh lebih bisa beresonansi dengan baik kepada seluruh masyarakat sipil, terutama yang awam," kata Vincent kepada wartawan, Jumat.
“Piknik ini jadi satu opsi yang paling wise untuk kami ambil, mengingat represifitas, kriminalisasi, dan juga bentuk teror yang diberikan oleh aparat itu beberapa waktu ke belakang sangat-sangat mengerikan," sambung dia.
Konsep ini juga dinilai lebih aman untuk kelompok perempuan yang biasanya tak banyak ditemukan di massa aksi.
Peserta aksi, Cindy (21) pun menyebutkan bahwa massa aksi perempuan pun jadi lebih nyaman mengikuti aksi dan memiliki kesempatan untuk menyuarakan aspirasinya.
"Banyak teman-teman perempuan yang bisa mengekspresikan dirinya dengan lebih leluasa, dan mungkin ini bisa jadi ruang aman juga untuk bahwa aktivis itu enggak harus teriak-teriak dengan suara lantang gitu," kata Cindy.
Baca juga: Deadline 5 September, DPR Jawab 17+8 Tuntutan Rakyat dengan 6 Keputusan Ini
Setelah mengisi perut, massa aksi kembali ke agenda penyampaian aspirasi. Selain orasi, mereka juga bernyanyi, dipimpin oleh Komunitas Musik Fikom (Fakultas Ilmu Komunikasi).
Salah satu lagu yang dibawakan adalah Tobat Maksiat dari grup band Wali. Melalui lagu ini, massa aksi merasa pesannya tersampaikan secara tak langsung kepada anggota DPR RI.
“Dengerin tuh, tobat dah lu. Jangan dzalimin rakyat mulu!" ucap seorang peserta aksi, Vincent.