JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa tahun terakhir, layanan paylater atau buy now pay later (BNPL) semakin populer di kalangan konsumen Indonesia, terutama di tengah maraknya transaksi digital.
Fitur ini menawarkan kemudahan berbelanja tanpa harus langsung membayar, menjadikannya solusi instan bagi kebutuhan mendesak atau gaya hidup modern.
Namun, di balik kenyamanan tersebut, terdapat risiko dan konsekuensi finansial yang perlu dipertimbangkan dengan cermat.
Baca juga: Fenomena Paylater: Membeli Masa Depan dengan Utang Hari ini
Artikel ini akan mengulas keuntungan dan kekurangan paylater bagi konsumen, agar penggunaan layanan ini dapat dilakukan secara bijak dan bertanggung jawab.
Dikutip dari NPR, Minggu (7/9/2025), menurut Ed deHaan, profesor di Graduate School of Business, Stanford University, AS, paylater adalah bentuk kredit alternatif dan pada dasarnya cara kerjanya memang seperti itu.
"Konsumen meminjam uang untuk membeli barang secara instan dan kemudian membayar kembali pinjaman tersebut seiring waktu, seringkali tanpa bunga," ujar deHaan.
Selama kurang lebih satu dekade terakhir, para peritel telah bermitra dengan perusahaan teknologi finansial (fintech) untuk menawarkan layanan ini kepada konsumen, baik secara online maupun di toko untuk segala hal.
Baca juga: Utang Masyarakat RI Paling Banyak di Pinjol Ketimbang Paylater, Nilainya Hampir Rp 85 Triliun
"Jika Anda penasaran dengan program paylater dan dapat membelanjakan sesuai kemampuan, cobalah," ucap deHaan, yang telah mempelajari pengaruh BNPL terhadap kesehatan finansial pengguna.
"Berhati-hatilah seperti halnya Anda berhati-hati terhadap produk kredit apa pun," sarannya.