JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa tahun terakhir, layanan paylater atau buy now pay later (BNPL) semakin populer di kalangan Gen Z, tak terkecuali di Indonesia.
Kemudahan akses, proses yang cepat, dan fleksibilitas pembayaran membuat metode ini menjadi pilihan favorit bagi mereka yang ingin memenuhi kebutuhan tanpa harus mengeluarkan dana secara langsung.
Namun, di balik popularitasnya, penggunaan paylater juga menimbulkan berbagai tantangan dan risiko finansial yang perlu mendapat perhatian serius.
Baca juga: Gen Z dan Milenial Pakai Paylater untuk Liburan, Salahkah?
Berbagai layanan paylater bermunculan sebagai alternatif populer untuk kartu kredit tradisional, terutama di kalangan konsumen muda.
Paylater memungkinkan pengguna untuk membagi pembelian menjadi beberapa pembayaran yang sama besarnya untuk dilunasi secara bertahap, biasanya dengan sedikit atau tanpa bunga.
Dikutip dari CNBC, Minggu (7/9/2025), menurut PYMNTS, konsumen Gen Z dan milenial adalah pengguna utama layanan paylater.
"Dari berbagai generasi, hampir 60 persen konsumen mengatakan mereka lebih suka BNPL daripada kartu kredit karena kemudahan pembayaran tetap, proses persetujuan yang sederhana, dan bebas bunga," kata PYMNTS dalam surveinya.
Baca juga: Apa Keuntungan dan Kekurangan Paylater? Ini Kata Pakar
"Salah satu alasan anak muda tertarik pada paylater adalah karena banyak yang menyaksikan orang tua mereka berjuang dengan utang kartu kredit di tengah resesi ekonomi 2008," ujar Christine Roberts, CEO Citizens Pay, layanan paylater yang ditawarkan oleh Citizens Bank.
Roberts menjelaskan, transparansi tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melunasi pembelian besar juga penting bagi konsumen Gen Z dan milenial.
Dalam hal pembelian barang mahal, generasi ini sangat ingin memahami jangka waktu pembayaran, ujar Roberts.