Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Kredit Melemah, Likuiditas Bank Parkir di Instrumen Aman

Kompas.com - 08/09/2025, 07:08 WIB
Teuku Muhammad Valdy Arief

Editor

KOMPAS.com-Melambatnya penyaluran kredit membuat perbankan mengalihkan dana ke instrumen aman seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Meski imbal hasil instrumen ini terus menurun, bank justru memperbesar porsi kepemilikan. Peralihan dana ini berfungsi sebagai penampung sementara.

Sejak awal 2025, imbal hasil SBN menyusut tajam. Pada Januari, bunga SBN tenor 2 dan 10 tahun masih di kisaran 6–7 persen. Agustus turun menjadi 5–6 persen.

Bank tetap agresif membeli. Dari Rp 1.190 triliun pada akhir 2024 atau 19,29 persen total SBN, kepemilikan perbankan naik menjadi Rp 1.323 triliun per 3 September 2025 atau 20,66 persen.

Baca juga: Bitcoin (BTC) Biasanya Lesu di September, Tahun Ini Ada Sinyal Berbeda

Situasi serupa terjadi pada SRBI. Suku bunga yang semula 7 persen di Januari turun menjadi sekitar 5 persen pada Agustus.

Kepemilikan bank secara nominal turun tipis dari Rp 560,79 triliun menjadi Rp 549,76 triliun, seiring berkurangnya penerbitan oleh BI. Namun porsinya melonjak dari 60,67 persen pada Desember 2024 menjadi 74,19 persen pada Juli 2025.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menilai pergeseran ini wajar di tengah lemahnya permintaan kredit.

“Bank tetap lebih suka menyalurkan kredit karena bunganya lebih tinggi. Kalau sudah ada demand, tentu akan dengan sendirinya beralih. Ini hanya sementara saja,” ujarnya.

Baca juga: Kenapa Gen Z Lebih Pilih Paylater Ketimbang Kartu Kredit?

Kredit tetap prioritas

Bank-bank besar menegaskan fokus utama tetap pada kredit. Corporate Secretary Bank Mandiri, M. Ashidiq Iswara, menyebut penempatan dana pada surat berharga hanya strategi manajemen portofolio.

Per Juli 2025, kepemilikan surat berharga Mandiri tercatat Rp 255,1 triliun, naik 25,17 persen secara tahunan. Kredit juga tumbuh 9,87 persen menjadi Rp 1.335,9 triliun.

BCA melaporkan pertumbuhan kredit 12,9 persen menjadi Rp 959 triliun hingga Juni 2025.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menegaskan penempatan Rp 386 triliun pada surat berharga hanya bagian dari pengelolaan likuiditas, bukan tujuan utama.

Dengan begitu, dana perbankan yang parkir di SBN dan SRBI saat ini berperan sebagai penampung likuiditas sementara, sambil menunggu permintaan kredit kembali pulih sebagai motor utama intermediasi.

 

Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Penyaluran Kredit Lesu, Perbankan Tumpuk Dana di SBN dan SRBI

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen, Cek Syarat dan Posisinya
BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen, Cek Syarat dan Posisinya
Karier
Wujudkan Swasembada Pangan, Harfia Gelar Temu Tani dan Pelatihan Traktor HTR-855 di Palangkaraya
Wujudkan Swasembada Pangan, Harfia Gelar Temu Tani dan Pelatihan Traktor HTR-855 di Palangkaraya
Ekbis
Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach Brewery (STRK) Bakal Masuk ke Pasar Jepang
Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach Brewery (STRK) Bakal Masuk ke Pasar Jepang
Ekbis
70 Persen Alkes Masih Impor, Indonesia Genjot Produksi Dalam Negeri
70 Persen Alkes Masih Impor, Indonesia Genjot Produksi Dalam Negeri
Ekbis
Wamendag Sebut Implementasi Perjanjian IC-CEPA Bikin Nilai Perdagangan dengan Cille Naik
Wamendag Sebut Implementasi Perjanjian IC-CEPA Bikin Nilai Perdagangan dengan Cille Naik
Ekbis
Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bongkar Strategi Genjot Pendapatan
Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bongkar Strategi Genjot Pendapatan
Industri
RI Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi: Bisa Dipakai Bayi, Harga Mulai Rp 300 Juta
RI Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi: Bisa Dipakai Bayi, Harga Mulai Rp 300 Juta
Industri
Ekspor China ke AS Anjlok 33 Persen, Pertumbuhan Perdagangan Melambat
Ekspor China ke AS Anjlok 33 Persen, Pertumbuhan Perdagangan Melambat
Ekbis
Jangan Tertipu! OJK Tegaskan Pemutihan Pinjaman Online Hoaks
Jangan Tertipu! OJK Tegaskan Pemutihan Pinjaman Online Hoaks
Ekbis
Tekan Impor, RI Kini Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi Sendiri
Tekan Impor, RI Kini Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi Sendiri
Industri
Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar
Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar
Keuangan
Kata KCI Soal KRL Sempat Tertahan di Stasiun Jatinegara dan Manggarai pada Minggu Malam
Kata KCI Soal KRL Sempat Tertahan di Stasiun Jatinegara dan Manggarai pada Minggu Malam
Ekbis
Prediksi Harga iPhone 17 Pro Max, Air, dan Seri Lainnya
Prediksi Harga iPhone 17 Pro Max, Air, dan Seri Lainnya
Belanja
Mengoreksi Budidaya, Menopang Ekstensifikasi, Mengejar Swasembada Gula
Mengoreksi Budidaya, Menopang Ekstensifikasi, Mengejar Swasembada Gula
Ekbis
Pertumbuhan Ekonomi Jepang 2,2 Persen, tapi Ekspor Turun
Pertumbuhan Ekonomi Jepang 2,2 Persen, tapi Ekspor Turun
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau