KOMPAS.com-Melambatnya penyaluran kredit membuat perbankan mengalihkan dana ke instrumen aman seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Meski imbal hasil instrumen ini terus menurun, bank justru memperbesar porsi kepemilikan. Peralihan dana ini berfungsi sebagai penampung sementara.
Sejak awal 2025, imbal hasil SBN menyusut tajam. Pada Januari, bunga SBN tenor 2 dan 10 tahun masih di kisaran 6–7 persen. Agustus turun menjadi 5–6 persen.
Bank tetap agresif membeli. Dari Rp 1.190 triliun pada akhir 2024 atau 19,29 persen total SBN, kepemilikan perbankan naik menjadi Rp 1.323 triliun per 3 September 2025 atau 20,66 persen.
Baca juga: Bitcoin (BTC) Biasanya Lesu di September, Tahun Ini Ada Sinyal Berbeda
Situasi serupa terjadi pada SRBI. Suku bunga yang semula 7 persen di Januari turun menjadi sekitar 5 persen pada Agustus.
Kepemilikan bank secara nominal turun tipis dari Rp 560,79 triliun menjadi Rp 549,76 triliun, seiring berkurangnya penerbitan oleh BI. Namun porsinya melonjak dari 60,67 persen pada Desember 2024 menjadi 74,19 persen pada Juli 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menilai pergeseran ini wajar di tengah lemahnya permintaan kredit.
“Bank tetap lebih suka menyalurkan kredit karena bunganya lebih tinggi. Kalau sudah ada demand, tentu akan dengan sendirinya beralih. Ini hanya sementara saja,” ujarnya.
Baca juga: Kenapa Gen Z Lebih Pilih Paylater Ketimbang Kartu Kredit?
Bank-bank besar menegaskan fokus utama tetap pada kredit. Corporate Secretary Bank Mandiri, M. Ashidiq Iswara, menyebut penempatan dana pada surat berharga hanya strategi manajemen portofolio.
Per Juli 2025, kepemilikan surat berharga Mandiri tercatat Rp 255,1 triliun, naik 25,17 persen secara tahunan. Kredit juga tumbuh 9,87 persen menjadi Rp 1.335,9 triliun.
BCA melaporkan pertumbuhan kredit 12,9 persen menjadi Rp 959 triliun hingga Juni 2025.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menegaskan penempatan Rp 386 triliun pada surat berharga hanya bagian dari pengelolaan likuiditas, bukan tujuan utama.
Dengan begitu, dana perbankan yang parkir di SBN dan SRBI saat ini berperan sebagai penampung likuiditas sementara, sambil menunggu permintaan kredit kembali pulih sebagai motor utama intermediasi.
Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Penyaluran Kredit Lesu, Perbankan Tumpuk Dana di SBN dan SRBI
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini