Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Nur Rianto
Dosen dan Peneliti

Al Arif merupakan dosen dan peneliti di UIN Syarif Hidayatullah dan CSEAS Indonesia

Fenomena Paylater: Membeli Masa Depan dengan Utang Hari ini

Kompas.com - 06/09/2025, 15:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BAYANGKAN seorang karyawan muda, di mana setiap bulan gajinya habis, bahkan sebelum tanggal gajian tiba.

Namun, gaya hidupnya tetap terlihat prima seperti sering makan di kafe kekinian, rutin belanja fesyen terbaru, hingga memesan tiket liburan.

Rahasianya? Satu aplikasi di ponselnya, yaitu paylater. Dengan sekali klik, ia bisa menikmati barang dan jasa apa pun, tanpa harus menunggu gajinya cair. Seolah hidupnya serba mudah—sampai tagihan jatuh tempo datang menghantam.

Fenomena paylater memang sedang menjadi tren besar di Indonesia. Layanan ini memungkinkan konsumen membeli produk sekarang dan membayar belakangan, biasanya dalam jangka waktu 30 hari hingga 12 bulan.

Tidak perlu kartu kredit, cukup verifikasi KTP, maka akses konsumsi seakan terbuka tanpa batas.

Di balik kenyamanan itu, terselip tanda tanya besar, yaitu apakah paylater benar-benar membantu masyarakat mengatur keuangan, atau justru membuat mereka terjebak dalam lingkaran utang konsumtif?

Perkembangan paylater tidak bisa dilepaskan dari pesatnya ekonomi digital di Indonesia. Menurut data Bank Indonesia, nilai transaksi ekonomi digital pada 2024, mencapai lebih dari Rp 800 triliun.

Baca juga: Burden Sharing: Penopang Ekonomi atau Bom Waktu?

 

Dari jumlah itu, buy now, pay later atau BNPL mencatat pertumbuhan tercepat, dengan pengguna meningkat hampir dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.

Platform besar seperti GoPayLater, Shopee PayLater, OVO PayLater, hingga Traveloka PayLater berlomba-lomba merebut hati konsumen.

Bahkan perusahaan teknologi keuangan (fintech) khusus BNPL seperti Kredivo atau Akulaku berhasil menembus jutaan pengguna.

Menurut laporan DSInnovate (2025), sekitar 45 persen pengguna layanan e-commerce di Indonesia pernah menggunakan paylater. Angka ini lebih tinggi dibanding penetrasi kartu kredit yang stagnan di kisaran 6–7 persen dari populasi.

Setidaknya ada empat alasan mengapa paylater begitu diminati. Pertama, mudah diakses, karena tidak perlu slip gaji, hanya verifikasi KTP.

Kedua, kecepatan persetujuan pinjaman hanya dalam hitungan menit. Ketiga, fleksibel karena dapat memilih tenor mulai dari 30 hari hingga 12 bulan.

Keempat, paylater terintegrasi dengan gaya hidup digital. Belanja online, pesan makanan, bahkan beli pulsa bisa dicicil.

Dengan kombinasi ini, paylater dianggap lebih relevan dibanding kartu kredit, terutama bagi anak muda yang melek digital, tapi sering kali belum memenuhi syarat pengajuan kartu kredit.

Namun, di balik kemudahan itu tersimpan sisi gelap. Banyak pengguna mengaku awalnya menggunakan paylater hanya untuk kebutuhan mendesak—misalnya membeli obat atau tiket mendadak.

Namun lama-kelamaan, kebiasaan itu merembet menjadi gaya hidup. Membeli barang diskon, mencoba makanan viral, hingga mengikuti tren fesyen. Semua terasa ringan karena bisa dibayar nanti.

Fenomena ini mirip dengan “utang gaya baru”, di mana konsumsi didahulukan, pembayaran dipikirkan belakangan. Bedanya, jika dulu orang harus berutang ke rentenir atau kartu kredit, kini cukup klik aplikasi.

Terdapat beberapa risiko utama yang muncul dari utang gaya baru ini. Pertama, bunga dan biaya tersembunyi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Anggaran Berubah Arah, Stok Beras Bulog Berpotensi Bengkak hingga Rekor Tertinggi
Anggaran Berubah Arah, Stok Beras Bulog Berpotensi Bengkak hingga Rekor Tertinggi
Ekbis
Yen Anjlok Usai PM Jepang Mundur, Dollar AS Tertekan Data Ketenagakerjaan
Yen Anjlok Usai PM Jepang Mundur, Dollar AS Tertekan Data Ketenagakerjaan
Ekbis
Rupiah Menguat, Simak Kurs 5 Bank Besar di Indonesia
Rupiah Menguat, Simak Kurs 5 Bank Besar di Indonesia
Ekbis
IHSG Awal Sesi Menguat Dekati Level 8.000, Nilai Tukar Rupiah Menguat
IHSG Awal Sesi Menguat Dekati Level 8.000, Nilai Tukar Rupiah Menguat
Ekbis
Rencana IPO Merdeka Gold Resources (EMAS), Bidik Dana hingga Rp 4,88 Triliun
Rencana IPO Merdeka Gold Resources (EMAS), Bidik Dana hingga Rp 4,88 Triliun
Ekbis
IHSG Hari ini Bakal Melemah? Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Senin
IHSG Hari ini Bakal Melemah? Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Senin
Ekbis
Take Home Pay: Saatnya Berbasis Kinerja, Bukan Sekadar Jabatan
Take Home Pay: Saatnya Berbasis Kinerja, Bukan Sekadar Jabatan
Ekbis
Rekrutmen PCPM BI 2025 Dibuka: Cek Syarat, Jurusan, dan Cara Daftarnya
Rekrutmen PCPM BI 2025 Dibuka: Cek Syarat, Jurusan, dan Cara Daftarnya
Ekbis
Happy Vibes Banget! Hearts2Hearts Kompak Nyanyi Bahasa Indonesia di Iklan Shopee 9.9 Super Shopping Day
Happy Vibes Banget! Hearts2Hearts Kompak Nyanyi Bahasa Indonesia di Iklan Shopee 9.9 Super Shopping Day
Belanja
Konsisten Bantu Tangani Katarak, Sido Muncul Kembali Raih Perdami Award
Konsisten Bantu Tangani Katarak, Sido Muncul Kembali Raih Perdami Award
BrandzView
Proyeksi IHSG Pekan Ini, Ditopang Proyeksi Penurunan Suku Bunga dan Inflasi yang Terkendali
Proyeksi IHSG Pekan Ini, Ditopang Proyeksi Penurunan Suku Bunga dan Inflasi yang Terkendali
Ekbis
PM Jepang Shigeru Ishiba Mengundurkan Diri, Simak Proyeksi Pergerakan Pasar Asia-Pasifik Hari Ini
PM Jepang Shigeru Ishiba Mengundurkan Diri, Simak Proyeksi Pergerakan Pasar Asia-Pasifik Hari Ini
Ekbis
Sri Mulyani Rombak Struktur Sekretariat KSSK, Simak Perubahannya
Sri Mulyani Rombak Struktur Sekretariat KSSK, Simak Perubahannya
Ekbis
Permintaan Kredit Melemah, Likuiditas Bank Parkir di Instrumen Aman
Permintaan Kredit Melemah, Likuiditas Bank Parkir di Instrumen Aman
Ekbis
Harga Token Listrik 8-14 September 2025: Tarif per kWh Sesuai Daya
Harga Token Listrik 8-14 September 2025: Tarif per kWh Sesuai Daya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau