JAKARTA, KOMPAS.com - Membangun kekayaan tidak hanya soal penghasilan besar, tetapi juga bagaimana cara mengelola uang dengan bijak. Banyak orang justru terjebak dalam kebiasaan finansial yang membuat mereka sulit menabung atau berinvestasi untuk masa depan.
Gaya hidup konsumtif, selalu menghabiskan gaji setiap bulan, hingga enggan belajar tentang investasi menjadi penyebab utama mengapa banyak orang gagal mencapai kebebasan finansial. Padahal, cara menjadi kaya membutuhkan disiplin, perencanaan, dan kebiasaan yang konsisten.
Jika pola buruk ini terus dibiarkan, peluang membangun kekayaan akan semakin kecil. Karena itu, penting mengenali kebiasaan yang diam-diam bisa menghambat perjalanan menuju stabilitas finansial jangka panjang.
Baca juga: Tips Membangun Kekayaan ala Warren Buffett, Lakukan 6 Hal Ini
Dilansir dari New Trader U, Jumat (26/9/2025) berikut 10 kebiasaan yang menghambat seseorang untuk menjadi kaya:
Hidup dari gaji ke gaji seringkali bukan karena kebutuhan, tetapi akibat lifestyle inflation.
Misalnya, seseorang berpenghasilan 75.000 dollar AS per tahun bisa tetap merasa tertekan secara finansial seperti saat berpenghasilan 45.000 dollar AS karena pengeluaran ikut naik.
Masalah utamanya bukan jumlah gaji, melainkan tidak menerapkan prinsip “bayar diri sendiri dulu”. Orang kaya lebih dulu menyisihkan uang untuk tabungan dan investasi sebelum belanja kebutuhan lain.
Literasi finansial adalah kunci membangun kekayaan. Namun, banyak orang menghindari belajar soal keuangan karena dianggap rumit atau membosankan.
Padahal, pengetahuan dasar seperti bunga majemuk, diversifikasi, atau rekening investasi bisa memberikan keuntungan besar.
Tanpa pemahaman ini, seseorang bisa kehilangan kesempatan, misalnya tidak memanfaatkan program pensiun atau hanya menaruh uang di tabungan berbunga rendah.
Baca juga: Ini Manfaat UMKM Punya Sertifikat Kekayaan Intelektual
Ekonomi, kebijakan pemerintah, atau kondisi keluarga memang berpengaruh, tetapi menyalahkan pihak luar terus-menerus hanya menciptakan mentalitas korban.
Mereka yang berhasil membangun kekayaan lebih fokus pada hal yang bisa dikendalikan, seperti belanja, pengembangan karier, usaha sampingan, hingga investasi.
Kekayaan sejati datang dari aset produktif, bukan barang mewah. Mobil baru, pakaian desainer, atau gawai mahal justru menguras dana.
Banyak miliuner memilih hidup sederhana dan fokus menambah nilai aset. Mobil, misalnya, langsung turun nilainya begitu keluar dari dealer, sementara biaya cicilan, perawatan, dan asuransi terus berjalan.
Keinginan seperti “ingin kaya suatu hari nanti” tidak cukup. Diperlukan rencana yang jelas dan terukur.