Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Dunia Bertahan di Level Tinggi, Dipicu Kekhawatiran Shutdown Pemerintah AS

Kompas.com - 01/10/2025, 08:00 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber Reuters

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas dunia menguat dan bertahan di atas level 3.800 dollar AS per ons pada akhir perdagangan Selasa (30/9/2025) waktu setempat atau Rabu pagi WIB.

Emas bertahan di dekat rekor tertinggi, didorong kekhawatiran potensi penghentian sebagian pemerintah Amerika Serikat (AS) serta lemahnya data tenaga kerja, yang memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).

Mengutip Reuters, harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi sebesar 3.843,43 dollar AS per ons, setelah sempat terkoreksi di jam perdagangan AS. Harga emas bahkan sempat mencetak rekor tertinggi baru di level 3.871,45 dollar AS per ons selama perdagangan Asia.

Sementara untuk harga emas berjangka AS pengiriman Desember ditutup naik 0,5 persen ke level 3.873,20 dollar AS per ons.

"Emas kembali menunjukkan ketahanan yang luar biasa, dengan cepat menghapus pelemahan awal setelah rilis data JOLTS yang tidak terlalu kuat. Hal ini tidak akan menghalangi pemangkasan suku bunga bulan depan,” ujar Tai Wong, analis logam independen.

Baca juga: Harga Emas Dunia Tembus Rekor ke Level 3.800 Dollar AS

JOLTS atau Job Openings and Labor Turnover Survey adalah survei resmi dari Bureau of Labor Statistics (BLS) AS yang mencatat jumlah lowongan pekerjaan, tingkat perekrutan, dan tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK).

Data JOLTS memberikan gambaran seberapa sehat dinamika pasar tenaga kerja AS, serta menjadi salah satu indikator penting untuk menilai kesehatan ekonomi AS.

Data ketenagakerjaan AS menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan pada Agustus hanya naik tipis, sementara perekrutan menurun.

Kondisi ini menandakan pasar tenaga kerja melemah, sehingga mendukung peluang The Fed memangkas suku bunga pada pertemuan Oktober.

Pelaku pasar saat ini memperkirakan peluang sebesar 97 persen untuk The Fed menurunkan suku bunga pada Oktober 2025, menurut CME FedWatch.

Baca juga: Harga Emas Dunia Tertahan Usai Sentuh Rekor Tertinggi, Investor Bidik Data Inflasi The Fed

Di sisi lain, Wong menambahkan, bayang-bayang shutdown government atau penghentian sebagian kegiatan pemerintah AS juga mendorong penguatan harga emas.

Sebab, kondisi ini menambah ketidakpastian dan mendorong investor untuk membeli emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Washington tengah bersiap menghadapi kemungkinan shutdown pemerintah akibat kebuntuan politik antara Partai Demokrat dan Republik menjelang tenggat pendanaan pada Selasa tengah malam waktu setempat.

"Shutdown yang berlangsung lama akan berdampak buruk pada perekonomian AS dan mendorong pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed, yang kemungkinan besar akan berdampak positif bagi emas," ucapnya.

Departemen Tenaga Kerja AS juga menyatakan, jika shutdown benar-benar terjadi, maka rilis data ekonomi, termasuk laporan ketenagakerjaan bulanan pada Jumat ini, akan ditangguhkan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
Syariah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau