JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sejalan dengan kepentingan industri manufaktur.
Agus menyebut kontribusi manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akan semakin menguat hingga akhir 2025.
"Dan saya lihat kebijakan dari Pak Menkeu itu sangat bersahabat, sangat friendly terhadap pertumbuhan manufaktur yang ada di Indonesia," ujar Agus di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025).
Baca juga: Kala Menkeu Purbaya Makan Ayam Penyet Sambel Ijo di Warung Usai Rapat: Pedes Banget...
Ia menekankan sektor manufaktur masih menjadi salah satu penopang utama ekonomi nasional. Keyakinan ini didasari resiliensi pelaku industri dalam menghadapi tekanan global.
"Tugas saya kan membina manufaktur tetapi karena manufaktur itu kontribusi terhadap ekonominya sangat tinggi walau bukan yang tertinggi maka menjadi sangat penting manufaktur," kata Agus.
Agus optimistis kontribusi manufaktur terhadap PDB terus membaik. Salah satu indikatornya adalah Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang konsisten ekspansif.
Data Kemenperin mencatat IKI pada September 2025 sebesar 53,02. Angka ini turun tipis dibanding Agustus yang mencapai 53,55, namun lebih tinggi dibanding periode sama 2024 di level 52,48.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief menjelaskan, perlambatan IKI dipengaruhi penurunan indeks pesanan dan persediaan produk.
“Dari seluruh sektor yang kami analisis, yakni 23 subsektor industri, pada bulan Agustus lalu untuk indeks variabel produksi, sebagian besar subsektor industri mengalami kontraksi, dengan rincian 19 subsektor yang kontraksi dan 4 subsektor yang ekspansi,” ujar Febri, Kamis (2/10/2025).
Baca juga: Batal Naikkan Cukai Rokok, Menkeu Purbaya Banjir Kiriman Papan Bunga Bentuk Protes
Meski begitu, tanda pemulihan terlihat pada September. Jumlah subsektor yang ekspansi naik menjadi 12, sedangkan yang kontraksi menyusut menjadi 11.
Delapan subsektor bahkan berbalik arah dari kontraksi menjadi ekspansi. Sektor itu antara lain tembakau, alas kaki, kayu, bahan kimia, farmasi, otomotif, alat angkutan, dan furnitur.
Febri menyebut kenaikan status produksi di delapan subsektor tersebut dipicu faktor musiman, meningkatnya permintaan, dan berkurangnya persediaan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang