Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menperin Nilai Kebijakan Purbaya Ramah Manufaktur

Kompas.com - 02/10/2025, 18:11 WIB
Debrinata Rizky,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sejalan dengan kepentingan industri manufaktur.

Agus menyebut kontribusi manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akan semakin menguat hingga akhir 2025.

"Dan saya lihat kebijakan dari Pak Menkeu itu sangat bersahabat, sangat friendly terhadap pertumbuhan manufaktur yang ada di Indonesia," ujar Agus di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025).

Baca juga: Kala Menkeu Purbaya Makan Ayam Penyet Sambel Ijo di Warung Usai Rapat: Pedes Banget...

Ia menekankan sektor manufaktur masih menjadi salah satu penopang utama ekonomi nasional. Keyakinan ini didasari resiliensi pelaku industri dalam menghadapi tekanan global.

"Tugas saya kan membina manufaktur tetapi karena manufaktur itu kontribusi terhadap ekonominya sangat tinggi walau bukan yang tertinggi maka menjadi sangat penting manufaktur," kata Agus.

Agus optimistis kontribusi manufaktur terhadap PDB terus membaik. Salah satu indikatornya adalah Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang konsisten ekspansif.

Data Kemenperin mencatat IKI pada September 2025 sebesar 53,02. Angka ini turun tipis dibanding Agustus yang mencapai 53,55, namun lebih tinggi dibanding periode sama 2024 di level 52,48.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief menjelaskan, perlambatan IKI dipengaruhi penurunan indeks pesanan dan persediaan produk.

“Dari seluruh sektor yang kami analisis, yakni 23 subsektor industri, pada bulan Agustus lalu untuk indeks variabel produksi, sebagian besar subsektor industri mengalami kontraksi, dengan rincian 19 subsektor yang kontraksi dan 4 subsektor yang ekspansi,” ujar Febri, Kamis (2/10/2025).

Baca juga: Batal Naikkan Cukai Rokok, Menkeu Purbaya Banjir Kiriman Papan Bunga Bentuk Protes

Meski begitu, tanda pemulihan terlihat pada September. Jumlah subsektor yang ekspansi naik menjadi 12, sedangkan yang kontraksi menyusut menjadi 11.

Delapan subsektor bahkan berbalik arah dari kontraksi menjadi ekspansi. Sektor itu antara lain tembakau, alas kaki, kayu, bahan kimia, farmasi, otomotif, alat angkutan, dan furnitur.

Febri menyebut kenaikan status produksi di delapan subsektor tersebut dipicu faktor musiman, meningkatnya permintaan, dan berkurangnya persediaan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Keuangan
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Ekbis
Benarkah Hino Milik Toyota?
Benarkah Hino Milik Toyota?
Ekbis
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Ekbis
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Ekbis
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau