KOMPAS.com - Membangun kekayaan bukan soal gaji besar atau keberuntungan seperti memenangkan undian. Kunci utamanya adalah membuat keputusan keuangan yang cerdas, terlepas dari seberapa besar pendapatan yang diterima setiap bulan.
Mereka yang benar-benar kaya memahami bahwa menumpuk aset membutuhkan disiplin, kesabaran, dan kemampuan menolak godaan belanja yang hanya menguras uang tanpa memberi nilai jangka panjang.
Banyak orang sibuk meningkatkan pendapatan, sementara para pembangun kekayaan justru fokus menghindari jebakan finansial yang membuat banyak orang hidup dari gaji ke gaji.
Baca juga: Kekayaan Elon Musk Tembus Rp 8.290 Triliun, Hampir 3 Kali Pendapatan Indonesia
Dilansir dari New Trader U, berikut lima hal yang dihindari orang kaya agar uang mereka terus tumbuh, bukan habis:
Kesalahan finansial terbesar adalah membeli mobil baru, apalagi model mewah. Nilai mobil langsung turun begitu keluar dari dealer, dan penurunan paling tajam terjadi pada tahun-tahun awal kepemilikan.
Orang kaya memahami perbedaan antara aset yang nilainya naik dan turun. Mobil bagi mereka adalah alat transportasi, bukan simbol status. Karena itu, mereka lebih memilih mobil bekas berkualitas yang sudah melewati masa depresiasi tertinggi.
Sebagian bahkan tetap menggunakan mobil sederhana selama bertahun-tahun demi menjaga modal tetap utuh. Uang yang seharusnya habis untuk mobil baru dialihkan ke investasi yang nilainya terus meningkat seperti saham, properti, atau usaha.
Baca juga: Elon Musk Jadi Orang Pertama dengan Kekayaan Rp 8.305 Triliun
Bagi kebanyakan orang, hunian adalah pengeluaran terbesar sekaligus sumber kesalahan finansial. Orang kaya memang memiliki rumah indah, tetapi tidak sampai membuat keuangan mereka tertekan.
Mereka paham bahwa menjadi “house poor”—tinggal di rumah bagus tapi keuangan ketat—bukan tanda kemakmuran. Biasanya, mereka menjaga agar biaya hunian tetap proporsional dengan pendapatan sehingga masih ada ruang untuk berinvestasi.
Selain itu, mereka sadar rumah bukan investasi utama karena tidak menghasilkan pendapatan dan justru menuntut biaya perawatan, pajak, serta asuransi. Dengan menjaga pengeluaran hunian tetap wajar, mereka bisa menambah aset yang benar-benar memberikan imbal hasil.
Tak ada yang lebih cepat menghancurkan kekayaan selain utang berbunga tinggi. Orang kaya menghindari saldo kartu kredit dan cicilan barang konsumtif karena sadar bahwa bunga dua digit berarti membayar mahal atas pendapatan masa depan.
Skema cicilan sering terlihat menarik, tapi sesungguhnya menguntungkan pemberi pinjaman, bukan pembeli. Saat membayar bunga atas barang yang nilainya terus menurun—seperti elektronik atau perabot rumah tangga—kerugian justru berlipat.
Baca juga: Profil dan Kekayaan Agus Suparmanto, Eks Mendag yang Diklaim Terpilih Aklamasi Jadi Ketum PPP
Bagi orang kaya, prinsipnya sederhana: jika tak bisa dibayar tunai, berarti belum mampu membelinya. Mereka menggunakan kartu kredit hanya untuk kemudahan transaksi dan selalu melunasi penuh setiap bulan agar uang bekerja lewat investasi, bukan lewat bunga.
Salah satu jebakan terbesar dalam perjalanan finansial adalah inflasi gaya hidup, yaitu kecenderungan meningkatkan pengeluaran saat penghasilan naik.
Banyak orang tergoda makan di restoran mahal, berlangganan layanan premium, atau membeli barang bermerek ketika pendapatan bertambah.