Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tenaga Kerja Belum Sesuai Kebutuhan Industri, Pengangguran Muda Masih Tinggi

Kompas.com - 08/10/2025, 10:00 WIB
Debrinata Rizky,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menyoroti tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam memanfaatkan bonus demografi.

Menurutnya, kualitas tenaga kerja nasional saat ini belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan industri, sementara angka pengangguran muda masih cukup tinggi.

Menurut survei APINDO hanya 26 persen pelaku usaha merasa kualitas tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan dari sisi pengangguran ada sebanyak 67 persen atau 4,8 juta berusia 15-29 tahun.

“Nah ini menghawatirkan dan harus jadi perhatian tingginya pengangguran muda 67 persen adalah pengangguran muda usia 15-29 tahu.,” kata Shinta dalam acara Permata Bank Wealth Wisdom 2025 di Jakarta Pusat, Selasa (7/10/2025).

Baca juga: Kaya Bukan Sekadar Banyak Uang: Permata Bank Ajak Masyarakat Hidup Lebih Seimbang

Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka di kalangan muda justru lebih tinggi dibanding kelompok usia lainnya. Kondisi ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara sistem pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.

Dari hal tersebut menjelaskan, masih terdapat kesenjangan besar antara kebutuhan industri dan kemampuan tenaga kerja Indonesia. Berdasarkan paparan Shinta, di 2024 sekitar 36,5 persen tenaga kerja nasional masih berpendidikan SD ke bawah, sementara hanya 12,7 persen yang merupakan lulusan perguruan tinggi.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Shinta menilai pemerintah dan dunia usaha perlu memperkuat kerja sama dalam program vokasi dan pelatihan berbasis kebutuhan industri. Menurutnya, kolaborasi seperti ini bisa membantu mencetak tenaga kerja yang lebih siap dan produktif.

Baca juga: Cara Orang Kaya Membangun Kekayaan: Hindari 5 Kebiasaan Ini

Selain peningkatan keterampilan, Shinta juga menekankan pentingnya mendorong pertumbuhan wirausaha baru. Ia mencatat, rasio wirausaha Indonesia saat ini baru mencapai 3,75 persen dari total penduduk, masih jauh di bawah standar ideal minimal 5 persen agar ekonomi nasional bisa tumbuh secara berkelanjutan.

“Kalau kita ingin memperkuat ketahanan ekonomi nasional, tidak cukup hanya mencetak tenaga kerja, tapi juga harus memperbanyak wirausaha yang bisa membuka lapangan kerja baru,” kata Shinta.

Ia menambahkan, tantangan ketenagakerjaan tidak hanya soal kualitas sumber daya manusia, tetapi juga penciptaan iklim usaha yang mendukung investasi dan inovasi. Dengan begitu, industri dapat berkembang dan menyerap lebih banyak tenaga kerja.

“Transformasi ekonomi yang kita jalankan harus melibatkan manusia sebagai pusatnya. Kalau manusianya siap, industri akan tumbuh, dan pertumbuhan itu akan berkelanjutan,” tuturnya.

Baca juga: Shinta Kamdani Terpilih Jadi Ketua Umum Apindo Periode 2023-2028

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Keuangan
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Ekbis
Benarkah Hino Milik Toyota?
Benarkah Hino Milik Toyota?
Ekbis
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Ekbis
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Ekbis
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau