JAKARTA, KOMPAS.com - PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli (BELI) membukukan total processing value (TPV) sebesar Rp 40,2 triliun, naik 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 36,4 triliun.
Chief Financial Officer Blibli Ronald Winardi mengatakan, pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh peningkatan di segmen retail 1P dan toko fisik, yang masing-masing tumbuh 33 persen dan 29 persen secara year-on-year (YoY).
“Pencapaian total processing value atau yang biasa disebut TPV pada semester pertama 2025, dimana kami berhasil membukukan TPV sebesar Rp 40,2 triliun pada periode ini," katanya dalam public expose Blibli secara daring pada Kamis (9/10/2025).
Baca juga: Efisiensi Iklan dan Logistik Dorong Kinerja Blibli Semester I 2025
Gaji besar belum tentu bikin cepat kaya. Tujuh kebiasaan belanja ini justru bisa menguras tabungan dan menghambat kebebasan finansial AndaRonald menjelaskan, kontribusi terbesar terhadap TPV masih berasal dari segmen ritel 3P dengan porsi 68 persen, diikuti segmen institusi sebesar 15 persen, serta segmen 1P dan toko fisik di posisi berikutnya.
Jika dibandingkan dengan capaian sepanjang tahun 2024 yang mencatat TPV sebesar Rp 77,4 triliun, pertumbuhan pada paruh pertama tahun ini dinilai lebih cepat.
Pertumbuhan TPV Blibli didorong oleh peningkatan penjualan di berbagai kategori, khususnya elektronik konsumen dan gaya hidup.
Ronald menjelaskan penjualan smartphone tumbuh kuat berkat tiap peluncuran produk baru, sementara kategori gaya hidup mencatat lonjakan hampir empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca juga: Pendapatan Blibli Naik 22 Persen, Laba Bruto Tumbuh Hampir 50 Persen
Dari sisi pengguna, jumlah pelanggan yang bertransaksi di platform Blibli meningkat dari 3,3 juta menjadi 3,5 juta, tumbuh 5 persen secara tahunan.
Di segmen institusi, rata-rata belanja klien naik 21 persen menjadi Rp 65,1 juta per klien.
Secara keuangan, Blibli mencatat pertumbuhan pendapatan neto sebesar 22 persen secara tahunan (year-on-year) pada semester I 2025 menjadi Rp 9,6 triliun, didorong oleh peningkatan di semua segmen usaha, termasuk institusi dan toko fisik.