JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah kompleksitas operasi pengolahan minyak mentah hingga 150.000 barrel per hari, Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat, memperkuat sistem keselamatan kerja dengan pendekatan berlapis.
Kilang yang dikelola PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) ini memadukan penerapan teknologi digital, pemeliharaan ketat, serta filosofi kearifan lokal dalam menjaga keandalan operasional.
General Manager Kilang Balongan, Yulianto Triwibowo, mengatakan keselamatan menjadi prioritas utama karena lingkungan kerja kilang memiliki tingkat risiko tinggi.
“Kita kalau mau masuk kilang banyak sekali peraturannya, tidak boleh bawa korek api, telepon selular, lalu wajib memakai Alat Pelindung Diri yang lengkap. Semua itu dilakukan karena operasional kilang berada di lokasi yang tinggi risiko,” ujarnya melalui keterangan pers, Selasa (21/10/2025).
Baca juga: Lalui Uji Ketat, Kilang Pertamina Pastikan Produk BBM Penuhi Spesifikasi Standar
Kilang Balongan berdiri di atas lahan seluas 250 hektar dengan sekitar 70 tangki bahan baku dan produk. Kilang ini memiliki Nelson Complexity Index (NCI) sebesar 11,9, tertinggi di antara seluruh kilang Pertamina. Semakin tinggi nilai NCI, semakin efisien dan berkualitas pula produk yang dihasilkan.
Untuk menjaga keamanan operasional, KPI melakukan monitoring rutin di seluruh unit produksi, seperti Distillation Treating Unit (DTU), Naphta Processing Unit (NPU), Atmospheric Hydrotreating Unit (AHU), Hydrotreating Unit (HTU), serta Processing and Cracking Unit (POC).
“Unit-unit yang masuk dalam kategori kritikal mendapat perhatian lebih, sementara unit lain tetap dimonitor secara berkala,” kata Yulianto.
Baca juga: Kilang Plaju, Penjaga Energi yang Tetap Perkasa di Atas Usia 100 Tahun
Ia menjelaskan, digitalisasi turut diterapkan untuk mendeteksi kondisi anomali pada peralatan. Jika ada potensi gangguan, sistem segera mengirimkan peringatan agar tindakan penanganan bisa dilakukan cepat.
Langkah ini melengkapi sistem pemeliharaan berkala yang mencakup pembongkaran, pemeriksaan, dan penggantian komponen penting.
“Semua harus dicek, bautnya sudah kencang atau belum, kondisinya sudah standar atau belum, semua harus ada checklist-nya, karena ada standar yang harus kita ikuti,” tutur Yulianto.
Baca juga: Kebakaran Kilang Dumai Padam, Pertamina Pastikan Pasokan dan Distribusi BBM Aman
Selain berpegang pada standar operasional baku, Yulianto juga menanamkan falsafah Jawa dalam budaya kerja, yaitu Titen (memerhatikan kondisi kilang), Open (memelihara aset kilang), dan Telaten (menjaga keberlanjutan).
Pendekatan ini dilengkapi dengan prinsip PIP, yakni Patuh terhadap aturan, Intervensi ketika ada kondisi tidak aman, dan Peduli terhadap sesama pekerja.
Menurut Yulianto, keselamatan bukan hanya soal prosedur, tetapi proses pembelajaran yang terus berjalan.
“Prinsip learning from event selalu kami terapkan. Setiap insiden, besar maupun kecil, menjadi pembelajaran agar tidak terulang. Lebih baik kami cerewet tapi kilangnya aman, karena nyawa tidak ada gantinya,” ujarnya.
Baca juga: Pastikan BBM Sesuai Spesifikasi, Kilang Pertamina Lakukan Uji Kualitas
Sebagai informasi, KPI merupakan anak perusahaan Pertamina yang menjalankan bisnis utama pengolahan minyak dan petrokimia sesuai prinsip ESG (Environment, Social & Governance).
KPI juga terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen menjalankan sepuluh prinsip universal dalam strategi operasional untuk menjadi perusahaan kilang dan petrokimia berkelas dunia yang ramah lingkungan, bertanggung jawab sosial, dan memiliki tata kelola yang baik.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang